
Bahlil Beberkan 2 Opsi Skema Perubahan Subsidi BBM Cs

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membeberkan dua opsi skema subsidi energi yang tengah digodok oleh pihaknya dan kementerian terkait lainnya.
Opsi pertama, mengubah subsidi yang tadinya diberikan pada produk menjadi uang tunai langsung atau BLT. Kedua, masih dalam pembahasan tapi intinya subsidi lebih tepat sasaran. "Kemungkinan besar ada dua opsi ya. Opsi A bisa ke BLT langsung. Opsi B-nya nanti kita lagi pikirkan, aa beberapa opsi lah, tapi belum ada keputusan," ungkap Bahlil saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (1/11/2024).
Namun yang jelas, kata Bahlil, pihaknya akan memberlakukan skema penyaluran subsidi ini secara bertahap. Yang terpenting, arahan dari Presiden RI Prabowo Subianto adalah jika skema subsidi energi tersebut sudah matang digodok oleh pemerintah, maka secepatnya akan diberlakukan agar subsidi energi yang diberikan oleh pemerintah bisa tepat sasaran kepada masyarakat yang membutuhkan.
"Pak Prabowo mengarahkan kalau sudah matang, maka siap untuk kita jalankan. Yang paling penting adalah skemanya yang matang. Jangan sampai keputusan kita itu tidak mencerminkan sebuah keputusan yang pas," tandasnya.
Sebelumnya, Penasihat Presiden Urusan Energi Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan, ada dua opsi skema subsidi energi yang bisa diterapkan pemerintah agar anggaran subsidi menjadi lebih tepat sasaran.
Purnomo pun tidak menampik fakta bahwa saat ini subsidi energi, termasuk untuk BBM, LPG, saat ini belum tepat sasaran.
Dia menjabarkan, saat ini ada dua kemungkinan skema subsidi BBM cs yang bisa diberlakukan di Indonesia.
"Ada dua pilihan, selalu saya katakan kalau itu pilihan ujung-ujungnya keputusan politik, political decision antara legislatif dan eksekutif," ungkapnya di Jakarta, dikutip Senin (28/10/2024).
Pertama, Purnomo mengatakan bahwa skema subsidi energi yang saat ini masih dikerahkan untuk produknya, bisa diubah menjadi Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat yang membutuhkan.
Jika skema subsidi ini yang dipakai, kemungkinan bisa membuat harga BBM yang saat ini disubsidi akan naik bertahap menjadi harga keekonomian.
"Satu, kalau aku mau make subsidi langsung, harga harus bertahap naik sampai ke harga keekonomian harga pasar, tapi kemudian kan ada pendapatan tambahan itu dikembalikan ke rakyat dengan BLT atau dengan cash transfer, satu," kata Purnomo.
Kedua, lanjut Purnomo, skema subsidi yang bisa dilakukan adalah dengan sistem kuota, alias subsidi masih diberikan pada jenis produknya, namun perlu ada pemutakhiran data masyarakat yang memang berhak menerima atau membeli produk energi yang disubsidi tersebut.
"Pilihan kedua, seperti sekarang, tapi pakai sistem kuota, jadi targeting," paparnya.
Dengan begitu, kata Purnomo, pemerintah harus memutar otak untuk menentukan skema subsidi apa yang cocok untuk diberlakukan khususnya untuk BBM cs.
"Berarti kan nggak tepat sasaran, itu yang mesti direview juga untuk beberapa komoditi yang subsidi Pertalite, Solar, B35, LPG, minyak tanah, (listrik golongan) R1, R2," tutupnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sisa 2 Bulan Jadi Menteri ESDM, Bahlil Mau Tuntaskan Persoalan Ini
