
Era 'Kegelapan' Raksasa Otomotif: Penjualan Anjlok hingga Ancaman PHK

Jakarta, CNBC Indonesia - Awan gelap industri otomotif dunia makin pekat. Sejumlah perusahaan raksasa melaporkan penurunan kinerja penjualan hingga berujung pada penutupan pabrik dan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Terbaru, Stellantis, perusahaan induk dari merek-merek mobil seperti Fiat, Chrysler, dan Peugeot, melaporkan penurunan tajam dalam penjualannya akibat kendala produksi serta permintaan di Eropa yang lesu.
Dilansir The Guardian, Jumat (1/11/2024), pada triwulan Juli hingga September, Stellantis mencatatkan pendapatan sebesar 33 miliar euro, turun sebesar 27% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pengiriman mobil mereka anjlok 20% menjadi 1,1 juta unit, dipicu oleh keterlambatan produksi di Eropa saat mereka mengalihkan pabrik dari produksi mobil berbahan bakar bensin dan diesel ke model listrik dan hybrid.
Kesulitan ini dirasakan oleh produsen mobil di seluruh dunia yang menghadapi lemahnya permintaan akibat tingginya suku bunga serta investasi besar yang dibutuhkan untuk beralih ke mobil listrik. Sebelumnya, Volkswagen, BMW, dan Mercedes-Benz juga melaporkan penurunan penjualan dan laba.
Selain menghadapi penurunan permintaan, Stellantis juga menghadapi persaingan ketat dari produsen mobil China, terutama di pasar kendaraan listrik. Pada September, perusahaan ini bahkan mengeluarkan peringatan laba karena permintaan yang menurun dan persaingan yang semakin ketat.
CEO Stellantis Carlos Tavares telah mengumumkan akan mundur pada 2026 dan saat ini sedang menjalankan strategi pemulihan di Amerika Utara, termasuk mengurangi stok kendaraan di dealer.
Analis dari bank investasi UBS menyatakan bahwa hasil yang diperoleh adalah "hasil buruk yang sudah diperkirakan, namun tidak lebih buruk dari ekspektasi." Perusahaan ini berupaya mengejar para pesaingnya di China dengan memperkenalkan berbagai model mobil listrik baru di Eropa.
Namun, Stellantis bersikap kritis terhadap regulasi di Eropa dan Inggris yang memaksa produsen mobil untuk menjual lebih banyak mobil listrik.
Tavares menyebutkan bahwa masa depan pabrik Stellantis di Inggris akan diputuskan dalam beberapa minggu mendatang. Stellantis juga mengambil langkah berbeda dengan menyetujui kerja sama dengan produsen Tiongkok, Leapmotor, untuk memperluas pasar.
Meskipun Uni Eropa berencana mengenakan tarif hingga 45% terhadap mobil impor dari China, penjualan produsen mobil listrik terbesar di China, BYD, melampaui Tesla pada kuartal ketiga 2024.
BYD juga telah mengontrak mantan kepala Stellantis di Inggris, Maria Grazia Davino, untuk memimpin ekspansi mereka di Eropa, sebuah langkah yang menunjukkan ambisi Tiongkok dalam memperluas dominasi pasar kendaraan listriknya ke luar negeri.
Nasib Volkswagen
Sebelumnya, Volkswagen juga terus mendapatkan hambatan dari segi keuangan dan operasional yang diakibatkan lemahnya penjualan.
VW pada hari Rabu (30/10/2024) melaporkan penurunan laba kuartal ketiga sebesar 42% ke level terendah dalam tiga tahun. Akibat situasi ini, perusahaan meminta pekerjanya untuk menerima pemotongan gaji sebesar 10% dengan alasan bahwa itu adalah satu-satunya cara bagi produsen mobil terbesar di Eropa itu untuk menyelamatkan lapangan kerja.
"Hal ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk pengurangan biaya yang signifikan dan peningkatan efisiensi," kata kepala keuangan Arno Antlitz dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters.
Pernyataan ini adalah konfirmasi resmi pertama dari langkah-langkah pemotongan biaya yang ingin diterapkan VW untuk membalikkan keadaan karena biaya tinggi dan permintaan yang lemah di China.
Antlitz mengatakan ia yakin bahwa perusahaan dapat mencapai kesepakatan dengan para pekerja. Namun ia realistis dengan tidak dapat mengesampingkan kemungkinan pemogokan, dengan perusahaan mempertimbangkan pemotongan biaya lebih dari 10 miliar euro (Rp 169 triliun).
Walau begitu, dalam pengumuman kali ini, produsen itu tidak membahas secara langsung rencana menutup pabrik-pabrik di Jerman untuk pertama kalinya dalam 87 tahun sejarah VW. Meskipun begitu, perwakilan buruh mengatakan bahwa opsi itu masih ada, dengan perusahaan mempertimbangkan menutup 3 pabrik.
"Dari sudut pandang perusahaan, penutupan pabrik masih menjadi pertimbangan, yakni belum sepenuhnya dikesampingkan," ungkap kepala dewan pekerja Volkswagen Daniela Cavallo.
"Hari ini merupakan sinyal awal untuk maraton di mana kedua belah pihak akhirnya memahami bahwa mereka harus melewati garis finis bersama-sama."
Pasar mobil Eropa telah menyusut sekitar 2 juta kendaraan sejak pandemi, yang mengakibatkan penjualan VW berkurang sekitar 500.000 unit per tahun. Model yang lebih murah dari Tesla dan produsen mobil China telah memperoleh pangsa pasar di Eropa.
"Kami mendukung pasar yang bebas dan terbuka, jika Anda melihat pesaing China, mereka telah mulai mendirikan pabrik di Eropa," tambah Antlitz.
"Kami tidak lupa cara membuat mobil yang hebat, tetapi biaya produksi kami jauh dari kata kompetitif. Kami harus benar-benar menggunakan waktu untuk meningkatkan daya saing kami di pabrik-pabrik Jerman."
Masalah-masalah VW telah memicu kecemasan yang lebih luas tentang status Jerman sebagai pusat kekuatan industri dan daya saing produsen mobil Eropa terhadap pesaing global yang merambah.
Produsen mobil Jerman itu juga mengkhawatirkan dampak kebuntuan antara Uni Eropa dan Beijing, dengan tarif UE hingga 45,3% untuk kendaraan listrik China mulai berlaku minggu ini. Mereka khawatir bahwa hal ini dapat berdampak besar bagi operasional perusahaan di Negeri Tirai Bambu.
Di China, Volkswagen juga telah kehilangan pangsa pasar terhadap model yang lebih murah dari pesaing lokal, dan dampaknya telah diperburuk oleh perlambatan yang lebih luas dalam ekonomi China karena krisis properti.
Pengiriman Volkswagen ke China, pasar mobil terbesar di dunia, turun 15% menjadi 711.500 kendaraan pada kuartal ketiga. Hal ini menyeret turun angka global, yang turun menjadi 2,176 juta kendaraan. Dividen 2024 juga akan lebih rendah.
"Kami sangat membutuhkan pengurangan biaya tenaga kerja untuk mempertahankan daya saing kami. Ini membutuhkan kontribusi dari tenaga kerja," tutur Arne Meiswinkel, kepala personalia merek VW yang memimpin negosiasi untuk produsen mobil tersebut.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mobil Ini Menuju Kematian, Mau Tutup Pabrik di Jerman dan di RI Laku 2
