Siap-Siap! Hilirisasi di RI Bakal Lebih Maju Dari Saat Ini

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
30 October 2024 16:55
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meresmikan injeksi bauksit perdana untuk proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) yang berlokasi di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat pada Selasa (24/09/2024). (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meresmikan injeksi bauksit perdana untuk proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) yang berlokasi di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat pada Selasa (24/09/2024). (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Ternate, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimistis program hilirisasi di Indonesia akan terus berkembang dan memberikan nilai tambah yang lebih tinggi. Sebab, kebijakan hilirisasi yang digalakkan pemerintah saat ini baru sebatas tahap pertama.

Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung mengatakan pemerintah memiliki rencana besar untuk memperluas cakupan proses hilirisasi di masa mendatang. Bahkan pihaknya telah melakukan pemetaan pada pohon industri untuk melihat potensi hilirisasi yang lebih mendalam.

"Kementerian ESDM juga sudah memetakan pohon industri yang bisa dilakukan proses hilirisasi yang lebih dalam lagi bukan hanya pada tingkat pertama tetapi kita akan masuk pada tahap kedua, tahap ketiga, dan tahap keempat," kata dia dalam peresmian 14 Penyalur BBM Satu Harga untuk klaster Maluku di Ternate Maluku Utara, Rabu (30/10/2024).

Sehingga nilai tambah yang dihasilkan diharapkan dapat lebih besar, terutama di daerah seperti Maluku Utara yang merupakan salah satu kawasan industri pengolahan nikel.

Ia pun mencatat pada periode Januari hingga September 2024, aliran investasi yang masuk dalam rangka program hilirisasi di Maluku Utara mencapai Rp 55 triliun. Dampaknya, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara menjadi yang tertinggi di dunia, mencapai 20,49% pada 2023.

"Jadi kalau tahun 2022 itu justru lebih tinggi lagi sekitar 24% lebih, ya tentu ini merupakan suatu dampak dari program hilirisasi," katanya.

Oleh sebab itu, Yuliot mengharapkan dukungan dari berbagai pihak mulai dari sisi pelaku usaha untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan hilirisasi. Sebab, kebijakan pemerintah yakni setiap investasi yang masuk harus melibatkan pelaku usaha yang ada di daerah.

"Jadi jangan itu hanya yang besar masuk tanpa keterlibatan pelaku usaha di daerah yang akan menjawabkan semakin timpangnya kondisi ekonomi yang ada di daerah," kata dia.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Amerika Serikat Bakal Biayai Pengembangan Semikonduktor RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular