Internasional

CEO JPMorgan Blak-blakan Sebut Perang Dunia 3 Telah Dimulai

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Rabu, 30/10/2024 10:40 WIB
Foto: Bloomberg via Getty Images/Bloomberg

Jakarta, CNBC Indonesia - CEO JPMorgan Jamie Dimon mengatakan bahwa dunia telah memasuki fase awal dari Perang Dunia 3 (PD 3). Hal ini dipaparkannya dalam pidatonya baru-baru ini di Institut Keuangan Internasional, Selasa (29/10/2024).

Dilansir Newsweek, Dimon menjelaskan konflik yang terjadi di Ukraina dan Timur Tengah saat ini telah memicu PD3. Dimon sebelumnya menyebut Rusia, Korea Utara, dan Iran sebagai 'poros jahat' yang, bersama China, akan merugikan lembaga seperti NATO.

"Dan mereka berbicara tentang melakukannya sekarang. Mereka tidak berbicara tentang menunggu 20 tahun. Jadi, risiko ini luar biasa jika Anda membaca sejarah," ungkapnya.


"PD 3 telah dimulai. Pertempuran di lapangan telah dikoordinasikan di banyak negara."

Diketahui, saat ini ketegangan antara dua kekuatan nuklir dunia, Rusia dan Amerika Serikat, terus memanas akibat perang Ukraina. Washington dan sekutunya di Eropa memberikan sokongan persenjataan bagi Kyiv, serta sanksi ekonomi bagi Moskow untuk menjatuhkan kondisi keuangannya.

Kondisi ini kemudian telah membangkitkan retorika nuklir dua negara. Sejumlah pejabat Rusia dan propagandis yang dekat dengan Kremlin telah berulang kali melontarkan ancaman serangan nuklir dari negara itu terhadap Barat.

Ancaman juga timbul di Timur Tengah pasca pecahnya perang Israel dan milisi Palestina, Hamas, pada 7 Oktober 2023 lalu. Perang tersebut sejauh ini telah meluas ke Lebanon dan sudah melibatkan Iran, salah satu kekuatan regional di Timur Tengah, untuk ikut memerangi Israel.

Selain di kedua wilayah itu, ketegangan juga terjadi di wilayah Asia, dengan Taiwan serta sengketa di Laut China Selatan dan Laut China Timur telah menyeret China dalam eskalasi di wilayah ini. Beijing berulang kali menegaskan klaim teritorialnya atas Taiwan dan sejumlah pulau di kedua perairan itu, namun klaim ini mendapatkan tantangan dari Washington.

Dengan adanya situasi ini, Dimon kemudian menyebutkan Amerika Serikat perlu menghindari bersikap naif dan membiarkan peristiwa global yang lebih besar terjadi tanpa intervensi apa pun.

"Yang harus kita pikirkan adalah kita tidak boleh mengambil risiko bahwa masalah ini akan selesai dengan sendirinya. Kita harus memastikan bahwa kita terlibat dalam melakukan hal yang benar untuk menyelesaikannya dengan benar," tambahnya.

Namun, pemimpin perbankan itu mengatakan ada kemungkinan ancaman PD 3 dapat berkurang seiring berjalannya waktu. Akan tetapi, ia mengingatkan kembali implikasinya bisa mengerikan jika keadaan terus berlanjut seperti sekarang.

"Saya berbicara tentang risiko bagi kita jika keadaan menjadi buruk. Kita menjalankan skenario yang akan mengejutkan Anda. Saya bahkan tidak ingin menyebutkannya."

Pernyataan Dimon pun kemudian ditanggapi profesor ilmu politik di Ohio State University, Paul Beck. Beck mengatakan ada beberapa hal yang benar dalam klaim Dimon, meskipun ia tidak mengakui bahwa PD3 tidak dapat dihindari.

Setelah berakhirnya Perang Dingin pada tahun 1991, terdapat perdamaian relatif antara Amerika Serikat dan Rusia. Namun Beck kembali menegaskan bahwa keadaan bisa saja berubah.

"Sekarang keadaan tampaknya memanas lagi dengan Rusia atas Ukraina dan upaya Rusia untuk memengaruhi pemilihan umum Amerika," kata Beck kepada Newsweek.

"Dan tentu saja ada 'perang dingin' yang terus berlanjut dengan Iran, yang sedang memanas karena Israel, dan ancaman Cina terhadap Taiwan. Mungkin ini adalah awal dari PD 3 meskipun saya belum siap untuk mengakui tonggak sejarah itu."


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Rusia Terus Gempur Ukraina, Polandia Ikut Kerahkan Jet Tempur