Pemerintah Kantongi 112 Perusahaan yang Janji Datangkan Sapi Impor
Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengungkapkan, pihaknya telah mengantongi janji atau komitmen dari 112 perusahaan yang akan mendatangkan sapi impor untuk kebutuhan susu dan daging sapi di program makan bergizi gratis (MBG).
112 perusahaan itu terdiri dari 55 perusahaan yang berkomitmen mendatangkan sapi perah, dan 57 perusahaan yang berkomitmen mendatangkan sapi pedaging.
Adapun untuk asal investasi, katanya, ada dari dalam negeri dan luar negeri.
"Jadi mereka ada yang impornya banyak, ratusan ribu ekor, puluhan ribu ekor, (tapi) ada juga yang yang impornya (hanya) ratusan. Kita sesuaikan. Tapi kalau ditotal (ada lebih dari) 100 perusahaan, 55 perusahaan sapi perah, sapi pedagingnya ada 57," kata Sudaryono saat ditemui di kantor Kementan, Jakarta, Selasa (29/10/2024).
Meski masih dalam bentuk komitmen yang diikat dalam Memorandum of Understanding (MoU), dia memastikan perusahaan-perusahaan yang sudah berkomitmen mendatangkan sapi impor itu menepati janjinya.
"(Yang sudah MoU) harus dikejar (janjinya). Ini kan orang janji. Nah kerjaan kita ini, sekarang itu nguber-nguber mereka, 'eh lu udah janji, mesti segera realisasi' begitu," ujarnya.
Dari komitmen yang ada itu, kata Sudaryono, setidaknya sudah ada 2 juta ekor sapi yang rencananya akan diimpor oleh perusahaan-perusahaan itu, terdiri dari 1,3 juta ton sapi perah, dan sisanya 700 ribu ekor sapi pedaging.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda menjelaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan susu dalam program makan bergizi gratis periode tahun 2025-2029, sekaligus juga agar Indonesia swasembada, maka diperlukan 1 juta ekor sapi perah dan 1 juta ekor sapi potong selama 5 tahun ke depan.
Berdasarkan perhitungannya, dengan mengimpor sapi perah sebanyak 1 juta ekor, maka di tahun 2029 mendatang produksi susu dalam negeri sudah bisa mencapai 8,17 juta ton atau 96% dari kebutuhan susu 8,5 juta ton per tahun. Sementara itu, eksisting sapi perah di tahun 2024 ini, produksi susu dalam negeri masih berada di level 1 juta ton per tahun atau hanya memenuhi 21% dari kebutuhan, 79% atau 3,7 juta ton sisanya masih impor.
"Dengan memasukkan sapi perah 1 juta ekor ini, menurut hitung-hitungan parameter, kita InsyaAllah bisa memenuhi kebutuhan susu kita di tahun 2029, yang kita prediksikan 8,5 juta ton. Kita (di tahun 2029) bisa menghasilkan 7,17 juta ton. Itu artinya kita bisa swasembada. Karena FAO menyatakan, kalau impor hanya (atau di bawah) 10% dari kebutuhan, maka sudah bisa kita klaim sebagai swasembada," jelasnya dalam diskusi pangan di Kementan, Jakarta, Kamis (29/8/2024).
Sementara untuk strategi penyediaan daging sapi, lanjut Agung, dibutuhkan impor sebanyak 1 juta ekor sapi potong pada periode 2024-2029. Di mana dengan adanya impor 1 juta ekor tersebut, berdasarkan perhitungannya, produksi daging sapi di tahun 2029 sebanyak 0,62 juta ton atau 70% dari kebutuhan 0,88 juta ton, dan 30% atau 0,26 juta ton sisanya impor.
Adapun eksisting sapi potong pada tahun 2024 ini, produksi lokal sebanyak 0,37 juta ton atau 48% dari kebutuhan, dan yang didatangkan dari impor sebanyak 0,4 juta ton atau 52% dari kebutuhan per tahun.
"Kalau untuk daging sapi kita tidak bisa muluk-muluk juga, 1 juta (selama) 5 tahun itu sudah luar biasa memasukkan indukan sapi potong. Ternyata, untuk sapi potong ini kita baru bisa menurunkan impor kita dari tahun 2024 52% menjadi 30% saja di tahun 2029. Jadi kalau kita bicara memasukkan 1 juta selama 5 tahun, 2025 sampai 2029, di 2029 kalau ini bisa berhasil, impor kita menjadi turun dan mungkin hanya sekitar 30%. Kita baru bisa mencapai swasembada di tahun 2034. Itu hitung-hitungan kami," terang dia.
(pgr/pgr)