RAKORNAS REPNAS 2024

Jreng! Muncul Peringatan Nasib Batu Bara, Diramal Terjadi Tahun 2050

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
Senin, 14/10/2024 21:15 WIB
Foto: Director PT Bumi Resources Tbk, Rio Supin memberikan pemaparan dalam acara REPNAS National Conference & Awarding Night Energi Mandiri - Ekonomi Berdikari di Menara Bank Mega, Jakarta, Senin (14/10/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) menyebut, tahun ini menjadi tahun terakhir puncak komoditas batu bara. Direktur PT Bumi Resources Tbk. Rio Supin mengungkapkan, permintaan batu bara perlahan-lahan akan menurun.

"Terutama di picu dari negara-negara maju dan China di mana permintaan batubara akan turun secara sangat signifikan di periode-periode setelah tahun 2024. Jadi 2024 ini harusnya inilah peak atau puncak penggunaan batubara setelah itu diperkirakan penggunaan batubara akan turun secara signifikan," ujarnya dalam acara Repnas di Auditorium Bank Mega Jakarta, Senin (15/10).

"Tentang coal industry saat ini. Jadi bisa kita lihat bahwa memang kalau kita merujuk kepada data yang disampaikan oleh IEA bahwa dalam periode sampai tahun 2050 akan terjadi penurunan permintaan batubara yang sangat signifikan," lanjutnya.


Rio memaparkan, penurunan permintaan batu bara lantaran tren transisi energi pada hampir semua sektor. Sehingga, bisnis batu bara menjadi salah satu komoditas yang terkena dampak.

"Jadi ini sangat relevan saat kita bicara transisi energi karena salah satu bisnis yang akan terimplikasi dari transisi energi ini adalah bisnis batubara," sebutnya.

Di tengah tantangan penurunan permintaan industri batu bara, cadangan batu bara di Indonesia sendiri saat ini masih tersedia sekitar 110 miliar resource dan sekitar 36 miliar ton cadangan batubara. "Ini yang harus kita pikirkan apa yang akan terjadi dengan cadangan kita jika ternyata memang konsumsi batubara turun secara signifikan," tambahnya.

Meskipun demikian, BUMI telah menyiapkan rencana bisnis ke depan untuk menghadapi tantangan tersebut. Sebab, pihaknya menyadari bisnis tersebut tidak dapat berlangsung lama kedepannya.

"Tapi BUMI memiliki rencana jangka menengah dan jangka panjang, kami harus mau tidak mau mengurangi ketergantungan revenue atau portofolio kami dari batubara," imbuhnya.

Apalagi, tuntutan zaman dan perubahan iklim membuat bisnis baru bara harus dikurangi. "Terutama di bisnis batubara saat ini diamanatkan Undang-Undang saat ini bahwa anak usaha kami harus memasuki bisnis hilirisasi batubara," pungkasnya.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Proyek Hilirisasi Triliunan, Rakyat Dapat Apa?