Tak Main-main, Indonesia Jadi Pemain Kunci Industri Tambang Dunia

Wahyu Daniel, CNBC Indonesia
Kamis, 03/10/2024 17:22 WIB
Foto: Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

London, CNBC Indonesia - Peran Indonesia dalam kancah pertambangan mineral dunia tak main-main. Kebijakan larang ekspor tambang mentah dan hilirisasi yang diterapkan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), membuat posisi Indonesia makin kuat sebagai rantai pasok hulu ke hilir di sektor pertambangan.

Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso, mengatakan potensi pertambangan Indonesia sangat besar, sehingga bisa menjadi penentu harga komoditas dunia ke depan.

Untuk mendukung itu, dalam tiga tahun ke depan, kata Hendi, Holding BUMN Industri Pertambangan ini akan fokus pada pengembangan bisnis tiga komoditas andalannya, yakni tembaga, timah, dan aluminium.


"Paling tidak selama 3 tahun ke depan kita akan fokus di tembaga, aluminium, dan timah. Di mana itu akan menjadi produk andalan dari MIND ID. Peluangnya tidak hanya menghasilkan keuntungan, tapi juga memposisikan Indonesia menjadi Significant Global Supply Provider," ujar Hendi ditemui di selama acara LME Metals Seminar 2024, London, Senin (30/9/2024).

Dalam seminar yang diadakan London Metals Exchange (LME) ini, Hendi menegaskan, para pelaku industri tambang dunia dan juga analis, menyoroti perkembangan komoditas logam dan mineral yang diproduksi oleh Indonesia.

Tren perkembangan transisi energi di dunia, dengan pembangunan pembangkit-pembangkit listrik hijau, ujar Hendi, membuat permintaan komoditas tambang naik. Alasannya, komoditas tambang memang menjadi bahan baku dari pembangkit listrik.

Tak hanya pembangkit, infrastruktur transmisi listrik juga berbahan baku komoditas tambang. "Elektrikfikasi secara mungkin tenaga power grid itu membutuhkan jumlah komponen tembaga dan aluminium dan timah yang lebih tinggi dari sebelumnya," jelas Hendi.

Kendaraan listrik yang berbasis kabel, membutuhkan tembaga dan aluminium yang tiga hingga empat kali lipat lebih tinggi dari kendaraan berbahan bakar bensin.

"Karena semuanya berbasis kabel, jadi pengantar listrik yang paling baik adalah tembaga, aluminium dan semua direkatkan dan disambung oleh produk timah kita," imbuh Hendi.

Satu lagi komoditas tambang yang menjadi andalan MIND ID adalah nikel. Sejumlah analis dalam seminar tersebut mengakui, Indonesia akan sangat berperan di industri nikel dan bisa menjadi pusat rantai pasok nikel dunia.

Foto: Suasana saat verlangsunya acara LME Metals Seminar 2024 yang diadakan di London pada 30 September 2024. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Suasana saat verlangsunya acara LME Metals Seminar 2024 yang diadakan di London pada 30 September 2024. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Maklum, saat ini Indonesia memasok 60 persen pasokan nikel dunia. Bahkan, dalam 5 tahun ke depan porsi Indonesia bisa naik menjadi 75 persen. Nah, jika kondisi ini terealisasi, Indonesia bisa menjadi penentu harga nikel dunia.

Tak cuma nikel, untuk komoditas timah Indonesia, kata Hendi, berpotensi merajai pasar timah dunia dan menjadi penentu harga di dunia.

Posisi Indonesia merajai timah dunia bisa terjadi, apabila tambang-tambang ilegal diberantas. Sebab, jika tambang ilegal masih ada, maka sulit untuk Indonesia bisa menjadi penentu harga timah dunia.

"Indonesia punya PR besar tentang bagaimana Illegal Mining itu dapat diberantas tuntas sehingga kebocoran, timah yang diselundupkan, timah yang dicuri itu tidak membanjiri dunia seperti di masa lalu. Di mana kita menghancurkan harga timah di dunia sendiri, karena kita melakukan over-supply," papar Hendi.

Hilirisasi timah yang dilakukan anggota holding MIND ID, yaitu PT Timah Tbk makin berkembang.

"Saya rasa ke depan peluang kita adalah untuk mengoptimalisasi tidak hanya dari sisi harga tapi dari sisi signifikan peluangnya dengan melakukan hilirisasi lebih lanjut dengan menyuplai tin powder, tin chemical, tin solder," kata Hendi.

Geopolitik Panas & Mobil Listrik Marak, RI Harusnya Untung Besar

Dunia saat ini sedang dilanda ketidakpastian, salah satunya diakibatkan oleh panasanya kondisi geopolitik. Mulai dari perang Rusia-Ukraina yang tak kunjung usai, hingga yang terbaru adalah perang Israel dengan Palestina yang meluas ke sejumlah wilayah di Timur Tengah.

Kondisi ini membuat harga-harga komoditas dunia makin meningkat. Indonesia sebagai negara produsen sejumlah komoditas dunia, selayaknya bisa meraup untung dari kondisi tersebut.

Menurut Hendi, Indonesia juga bisa mengambil kesempatan dengan perang dagang yang terjadi di dunia. Contohnya, kendaraan listrik buatan China yang makin lama mendominasi dunia, mendapat hadangan dari negara-negara Barat yang tak rela hanya dijadikan pasar produk kendaraan listrik China.

"Tadinya produk-produk China ini mendominasi pasar konsumen elektronik dan Electric Vehicle (EV). Tapi, mulai sedari tahun ini sudah mulai diberlakukan tarif yang lebih tinggi dari negara-negara, terutama the Western Country seperti Amerika dan negara Eropa. Jadi ini membuat tentunya, ada pergeseran-pergeseran," papar Hendi.

Kondisi ini bisa dimanfaatkan Indonesia dengan menarik industri-industri China pindah ke Indonesia. Sehingga terhindar dari pengenaan tarif khusus dari negara-negara Eropa.

"Sebenarnya kita bisa menarik industri yang produknya kena tarif itu, pindah ke Indonesia. Mudah-mudahan itu dapat menjadi basis industrialisasi terhadap sumber daya alam yang kita punya. Kebetulan MIND ID group sudah menjalankan amanah hilirisasi membuat bahan baku untuk industri," papar Hendi.


(wed/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Restu Widiyantoro Ditunjuk Jadi Direktur Utama PT Timah (TINS)