Daihatsu Buka Suara, Bilang Gini Soal Ancaman Hantu Deindustrialisasi

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
19 September 2024 16:40
Pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024 digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, pada 15-25 Februari. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024 digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, pada 15-25 Februari. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan mobil di tahun ini menghadapi tekanan berat karena serapannya jeblos dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil sepanjang Januari-Agustus 2024 baru mencapai 560.619 unit, jeblos 115.240 unit atau 17,05% dibandingkan periode sama tahun 2023 yang tercatat mencapai 675.859 unit.

Situasi ini dikhawatirkan membuat industri otomotif tertekan dan berdampak pada pemutusan hubungan kerja. Lebih jauh, dampaknya bakal lebih suram sampai deindustrialisasi.

Namun, Domestik Marketing Division Head PT Astra Daihatsu Motor Rokky Irvayandi menilai sebaliknya. Dia justru yakin pemerintah bakal mengambil langkah terukur.

"Kita tahu sektor otomotif penting dalam menyerap tenaga kerja dan kami yakin pemerintah ngga akan diam, bakal menjaga sektor ini kondusif. Kita lihat kurs juga lebih baik dibanding awal tahun, kemarin ada berita suku bunga turun 6,25% jadi 6,0% itu pertanda positif. Kami melihatnya positif, optimis bahwa market otomotif akan tetap tumbuh, jadi harapannya tidak kesana (deindustrialisasi)," kata Rokky dalam workshop Astra di Menara Astra, Kamis (19/9/2024).

Meski penjualan tahun ini lebih rendah dibanding tahun lalu, namun Ia menilai situasi saat ini jelang akhir tahun, lebih membaik dibanding awal tahun 2024 ini. Artinya mulai ada tren kenaikan penjualan meski situasinya belum sama seperti tahun lalu.

"Kalau dilihat lagi sebenarnya bukan berarti turun terus menerus, kalau dilihat misalnya wholesales sampai akhir semester 1 turunnya 19% tapi sampai Agustus menjadi 17% dibanding tahun lalu jadi mulai membaik, ritel sales juga sama sampai akhir semester 1 turun 14%, tapi sampai Agustus jadi 12% mulai bergerak semakin baik," kata Rokky.

Ketika industri mencoba untuk bangkit, namun ada tantangan yang bakal dihadapi ke depan. Sebelumnya di awal tahun juga mulai terlihat tantangan dari dalam negeri, misalnya perlambatan akibat peristiwa politik.

"Kalau melihat menurunnya penjualan di tahun ini mungkin perlu dicermati lebih dalam lagi. Di awal ada pelemahan rupiah akibat krisis global, kemudian ada Pilpres. Biasanya tahun politik turun customer lebih hati-hati, setelah itu ada challenge yang dihadapi lembaga pembiayaan dengan NPL (Non Performing Loan) kredit tinggi membuat teman-teman leasing lebih hati-hati dalam approval," kata Rokky.

Senada, Direktur Marketing Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy pun mengakui pelaksanaan pemilu berdampak pada penjualan mobil. Hal itu terlihat pada pemilu-pemilu edisi sebelumnya.

"Mengenai tahun ini banyak faktor yang menyebabkan penjualan turun, salah satunya politik tahun pemilu dan tahun ini ada pilkada. Dibanding tahun-tahun sebelumnya seperti 2014, 2019 biasanya tahun pemilu memang market turun, mungkin market wait and see," sebutnya.

"Tahun depan pesta politik tahun depan selesai harapannya setelah tahun pemilu baik," ucap Anton.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penjualan Mobil RI Bulan Juni Cuma Naik Tipis 2% Mepet ke 73.000 Unit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular