Internasional

RI Hati-Hati Dedolarisasi, Trump Bakal Hukum Negara Buang Dolar

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
10 September 2024 16:40
Kandidat presiden dari Partai Republik mantan Presiden Donald Trump berbicara dalam debat presiden yang diselenggarakan oleh CNN dengan Presiden Joe Biden, Kamis, 27 Juni 2024, di Atlanta. (AP Photo/Gerald Herbert)
Foto: Mantan Presiden AS dan juga calon Presiden Republik Donald Trump (AP/Gerald Herbert)

Jakarta, CNBC Indonesia - Calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump, membeberkan cara untuk melawan manuver dedolarisasi. Hal ini terjadi saat sejumlah negara mulai meninggalkan dolar AS dalam perdagangan internasional.

Berbicara kepada para pendukungnya selama kampanye di Wisconsin akhir pekan lalu, Trump mengatakan membuang dolar AS akan sangat merugikan bagi negara-negara asing yang menjalankan kebijakan tersebut. Ia mengancam akan menjatuhkan pajak impor bagi negara yang menjalankan perdagangan non-dolar.

"Anda meninggalkan dolar dan Anda tidak berbisnis dengan AS, karena kami akan mengenakan tarif 100% pada barang-barang Anda," kata Trump dalam forum itu dikutip Russia Today (RT), Selasa (10/9/2024).

Tren luas untuk meninggalkan dolar AS dan menggunakan mata uang nasional telah mendapatkan momentum pasca pembatasan ekonomi besar-besaran yang diberlakukan terhadap Rusia oleh AS dan sekutunya setelah eskalasi konflik Ukraina. Setelah terputus dari sistem keuangan Barat, Moskow telah beralih ke opsi alternatif.

Minggu lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia tidak menjalankan kebijakan dedolarisasi namun dipaksa mencari opsi lain karena pemutusan hubungan bank sentral Rusia dari transaksi dolar. Menurut Putin, Moskow dan mitra BRICS-nya kini menggunakan mata uang nasional dalam 65% perdagangan bersama.

Anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) juga telah berencana untuk membahas peralihan ke penyelesaian dalam mata uang lokal, bukan dolar AS, euro, yen, dan pound sterling. PDB gabungan blok ekonomi tersebut, yang meliputi Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, dilaporkan berjumlah US$ 4 triliun.

Sementara itu, pekan lalu, Trump juga berjanji untuk secara substansial mengurangi penggunaan sanksi oleh Washington jika ia terpilih kembali pada bulan November. Berbicara di Economic Club of New York, Trump mengakui bahwa pembatasan yang diberlakukan oleh AS terhadap negara-negara lain merugikan dolar.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Hati-Hati, Donald Trump Ancam Negara BRICS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular