Pajak dan Royalti IMIP Bantu Neraca Perdagangan RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Kehadiran kawasan industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menjadi tonggak awal hilirisasi nikel dalam skala besar di tanah air. Tak hanya bagi negara secara umum, Kawasan IMIP juga memberi multiplier effect bagi perekonomian di Sulawesi Tengah.
Pasalnya, kawasan ini ditunjang infrastruktur yang lengkap dan modern, termasuk pelabuhan, bandara khusus, dan rantai produksi terintegrasi yang dapat mengurangi biaya produksi. Adapun luas lahan kawasan IMIP hampir mencapai 4.000 hektare, yang bisa menyerap ratusan triliun investasi.
Bahkan investasi di Kawasan IMIP terus meningkat, dalam dua tahun terakhir, misalnya, nilai investasi sebesar US$20.927 juta pada 2022 dan US$30.146 juta pada 2023. Sedangkan total akumulasi nilai investasi hingga Juni 2024 sebesar US$31.683.
Salah satu efek dari semua itu adalah kontribusi pajak dan royalti yang disetor ke negara dengan nilai yang cukup besar. Sejak diresmikan oleh Presiden Indonesia, Joko Widodo, pada 2015, kawasan ini menyumbang pajak dan royalti ke negara yang setiap tahunnya terus meningkat. Tahun 2015 pajak dan royalti yang disetor ke negara sebesar Rp 306,8 miliar dengan nilai investasi US$3.301 juta.
Tak butuh waktu lama, hanya dalam 8 tahun saja, nilai pajak dan royalti yang disetor oleh IMIP ke negara naik drastis, bahkan angkanya sekitar Rp17,4 triliun dengan nilai investasi US$ 30.146 juta pada 2023.
Besaran pajak dan royalti yang terus meningkat itu, dapat menjadi penolong Current Account Deficit (CAD) di Tanah Air dan menopang neraca perdagangan.
CAD atau transaksi defisit berjalan tidak bisa dibiarkan terlalu tinggi karena nantinya rupiah bisa tertekan karena kebutuhan dolar Amerika Serikat (AS) menjadi tinggi. Peningkatan pajak dan royalti yang disetor ke Negara turut menopang defisit negara.
Selain itu, ada pula beragam dampak dari Kawasan IMIP. Untuk serapan tenaga kerja, kawasan ini telah menyerap tenaga kerja dengan jumlah kurang lebih mencapai 83.000 orang. Ini tentu saja akan mempengaruhi pendapat negara dalam bentuk pajak yang lain. Misalnya saja, pajak penghasilan atau PPh 21 dan hal lain yang ditimbulkannya.
Dampak lain yang ditimbulkan adalah naiknya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pajak daerah dari sebuah daerah tempat industri itu berada. Data yang diperoleh dari Badan Pendapatan Daerah Morowali, Desember 2023, sejak kawasan industri IMIP beroperasi, PAD Morowali juga terus mengalami peningkatan. Bahkan bisa melebihi dari target yang telah ditentukan.
Pada 2018, target pendapatan Morowali sebesar Rp1,296 triliun dan realisasinya sebesar Rp1,094 triliun. Sementara target PAD Rp350,222 miliar dan realisasinya Rp181,232 miliar. Pajak daerah targetnya Rp95,775 miliar dan realisasinya Rp45,496 miliar. Selain itu, retribusi daerah ditargetkan Rp 80,241 miliar dan realisasinya Rp74,914 miliar.
Berselang enam tahun kemudian, pada tahun 2023, PAD Morowali naik di angka yang cukup tinggi. Pada tahun lalu, target PAD Morowali Rp469,61 miliar dan realisasinya Rp586,16 miliar. Pajak daerah targetnya Rp185,86 miliar dan realisasinya Rp311,85 miliar. Retribusi daerah ditargetkan Rp170,23 miliar dan realisasinya Rp190,56 miliar.
Magnet Ekonomi Baru di Bahodopi
Keberadaan kawasan industri IMIP membuat perekonomian di Morowali menggeliat, khususnya di Bahodopi dan menjadi magnet pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi di wilayah itu terus berkembang, seiring meningkatnya investasi di Morowali.
Toko-toko kelontong berdiri persis bersisian dengan Jalan Trans-Sulawesi yang sempit tanpa menyisakan ruang. Bangunan kos-kosan pun tumbuh saling berdesakan di sekitar kawasan. Apa yang terlihat itu bukan pemandangan indah melainkan sebuah tempat yang mengalami ledakan ekonomi.
Dari hasil riset yang dilakukan secara mandiri oleh PT IMIP, diketahui bahwa di tahun 2021-2023, terjadi peningkatan usaha yang cukup signifikan di Bahodopi. Pada 2021, tercatat 4.697 usaha yang tumbuh di wilayah tersebut.
Tahun selanjutnya, 2022, terjadi peningkatan sebanyak 5.034 usaha atau naik 6,67% dari tahun sebelumnya. Kemudian, pada 2023, usaha di wilayah itu jumlahnya bertambah menjadi 6.617 usaha atau naik 24% dari tahun sebelumnya.
Dari pertumbuhan usaha tersebut, ditemukan 10 jenis usaha yang paling banyak digeluti oleh masyarakat di sekitar kawasan. Di antaranya, kios plus pertamini, stand makanan non-bangunan, kios sembako atau toko kelontong, warung makan, stand minuman non bangunan, bengkel motor dan/atau mobil, toko pakaian, konter pulsa atau tempat servis HP, laundry, dan kios menengah.
Tumbuhnya ekonomi di wilayah tersebut, tentunya dipengaruhi oleh perkembangan investasi di kawasan industri IMIP yang setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Kehadiran IMIP sendiri, menjadi sebuah magnet ekonomi baru bagi masyarakat Morowali secara menyeluruh, bahkan para pencari cuan dari daerah lain di Indonesia.
(rah/rah)