
Terungkap, Hizbullah Lebih Buat Israel 'Takut' Dibanding Hamas

Jakarta, CNBC Indonesia - Eskalasi antara milisi Lebanon, Hizbullah, denganĀ Israel terus memuncak. Sejumlah pihak meramalkan terkait potensi perang antara keduanya.
Ketegangan antara keduanya pecah setelah perang antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas pada 7 Oktober. Hizbullah kemudian telah menyatakan solidaritas dengan Hamas melalui aksi militer.
Hizbullah kemudian telah menembakkan rudal, mortir, roket, dan pesawat nirawak peledak ke Israel utara hampir setiap hari. Manuver ini mendorong Israel untuk membalas dengan tembakannya sendiri.
Pada akhir Agustus, pertempuran meningkat, yang berisiko memicu perang habis-habisan. Namun, baik Israel maupun Hizbullah memiliki alasan untuk menghindari konflik besar-besaran.
MengenaiĀ Hizbullah
Muslim Syiah di Lebanon membentuk apa yang kemudian menjadi Hizbullah pada tahun 1982. Hal ini dilakukan sebagai reaksi atas pendudukan Israel di wilayah Selatan negara itu.
Gerakan ini terinspirasi oleh Revolusi Islam 1979 di Iran yang mayoritas penduduknya Syiah, dan Hizbullah sangat dipengaruhi oleh Korps Garda Revolusi Islam elit Iran. Muslim Syiah dan Muslim Sunni masing-masing mencakup sekitar 30% dari populasi Lebanon.
Karena terpisah dari militer Lebanon, Hizbullah dapat menyerang target tanpa memancing reaksi yang akan ditimbulkan oleh tindakan semacam itu oleh suatu negara. Meski demikian, Israel dan Hizbullah telah bertempur dalam pertempuran berulang kali, termasuk perang pada tahun 2006.
Seperti Hamas, Hizbullah ditetapkan oleh Amerika Serikat (AS) sebagai organisasi teroris. Kelompok tersebut diduga berada di balik sejumlah serangan besar terhadap target AS pada tahun 1980-an.
Dukungan Iran
Menurut Departemen Luar Negeri AS, Iran menyediakan Hizbullah dengan sebagian besar pendanaan, pelatihan, senjata, dan bahan peledak. Selain itu, Teheran juga memberikan bantuan politik, diplomatik, moneter, dan organisasi.
"Kelompok tersebut juga memperoleh pendanaan dari sumber legal dan ilegal, termasuk penyelundupan barang selundupan, pemalsuan paspor, perdagangan narkotika, pencucian uang, dan penipuan kartu kredit, imigrasi, dan bank," tulisnya dikutip Channel News Asia, Rabu (28/8/2024).
Hizbullah pernah mengatakan di masa lalu bahwa semua sumber dayanya berasal dari Iran, dan telah berulang kali membantah terlibat dalam perdagangan narkoba.
Kekuatan Hizbullah dan Hamas
Hizbullah telah berkembang menjadi milisi paling kuat di Timur Tengah dan sekutu terpenting Iran. Para pemimpin kelompok itu telah membantu mempertahankan jaringan kelompok militan yang bersekutu dengan Iran, yang mencakup pemberontak Houthi Yaman.
Kekuatan tempur Hizbullah lebih besar, lebih bersenjata lengkap, dan lebih teruji dalam pertempuran daripada Hamas.
Hizbullah mengatakan memiliki 100.000 pejuang. Di sisi lain, Hamas secara luas dikatakan memiliki sekitar 30.000 pejuang di Jalur Gaza sebelum perang, di mana 15.000 diantaranya diklaim tewas oleh Israel.
Menurut intelijen Israel, persenjataan Hizbullah berisi lebih dari 70.000 roket dan rudal, termasuk rudal jarak jauh dan rudal berpemandu presisi. Di sisi lain, Hamas dan kelompok militan lainnya di Jalur Gaza memiliki sekitar 10.000 roket jarak pendek dan menengah.
Para pejuang Hizbullah memperoleh pengalaman tempur yang signifikan selama perang saudara Suriah. Saat itu, mereka bertempur bersama pasukan Iran dan Rusia untuk membantu Presiden Suriah Bashar al-Assad menang melawan pemberontak.
Peluang Perang
AS dan Prancis telah berupaya mencari solusi diplomatik untuk mengakhiri pertempuran yang melibatkan Hizbullah. Meski begitu, Hizbullah secara terbuka mengatakan bahwa mereka tidak akan menegosiasikan persyaratan apa pun tanpa gencatan senjata di Gaza.
Bila perang terjadi, bagi Israel, pertikaian baru dengan Hizbullah berarti berperang di dua front. Diketahui, kampanye melawan Hamas di Gaza sudah membebani negara itu.
Kampanye ini menimbulkan biaya finansial yang sangat besar dan telah mengganggu perdagangan dan industri luar negeri seperti konstruksi. Korban jiwa di Gaza telah menekan hubungan dengan AS, sekutu terpenting Israel.
Di sisi lain, bentrokan di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon telah menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi selama berbulan-bulan di kedua belah pihak. Maka itu pertempuran yang lebih intens akan memperburuk kesulitan bagi warga sipil.
Bagi Hizbullah, ada juga risiko politik yang timbul. Ini disebabkan ekonomi Lebanon sedang dalam kesulitan sejak krisis keuangan pada tahun 2019 dan hampir tiga perempat penduduknya kini hidup dalam kemiskinan. Hal ini membuat perang menjadi opsi yang tidak begitu baik bagi kelompok itu.
Hizbullah juga mendapatkan hambatan dari intervensinya di Suriah. Ini membuat kelompok itu memiliki banyak musuh. Dan jika Hizbullah memulai perang, hal itu dapat membuatnya makin terasing di kancah global.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hizbullah Masih Menggila di Arab, Tembak 200 Roket ke Israel
