
Tanda 'Kiamat' Muncul di Dekat RI, PBB Sebut SOS

Jakarta, CNBC Indonesia - DampakĀ perubahan iklim semakin nyata di wilayah dekat Papua RI, tepatnya Kepulauan Pasifik. Hal ini ditegaskan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres saat berkunjung salah satu negara Tonga, Senin waktu setempat.
Dalam kunjungan untuk Forum Kepulauan Pasifik itu, Guterres menyebut bahwa negara-negara di wilayah ini sangat menderita karena adanya tingkat kenaikan air laut yang tinggi. Hal ini pun mengancam eksistensi wilayah Pasifik dan kota-kota pesisirnya, apalagi di 90% penduduk Pasifik tinggal dalam radius 5 km dari pantai.
"Kenaikan muka air laut disebabkan oleh mencairnya es daratan dan perluasan air laut saat menghangat. Hal ini dapat memicu kekuatan yang tak tertandingi untuk menyebabkan malapetaka bagi kota-kota pesisir dan merusak ekonomi pesisir," ucapnya dikutip The Guardian, Selasa (27/8/2024).
"Jika dunia memanas hingga 3C di atas tingkat praindustri, yang kira-kira sesuai dengan kebijakan saat ini, pulau-pulau Pasifik dapat mengalami kenaikan permukaan laut tambahan setidaknya 15 cm pada pertengahan abad ini, dan lebih dari 30 hari per tahun banjir pesisir di beberapa tempat," ujarnya.
"Saya berada di Tonga untuk mengeluarkan SOS global 'Selamatkan Laut Kita' tentang kenaikan permukaan laut," tambahnya.
Dengan adanya hal ini, Guterres memohon kepada negara-negara besar untuk segera mengeluarkan biaya menanggulangi dampak perubahan iklim. Pasalnya, Pasifik bukanlah kontributor polusi terbesar namun menanggung dampak paling berat.
"Kita memerlukan lonjakan dana untuk mengatasi naiknya permukaan air laut," ujarnya lagi.
"Ini situasi yang gila. Naiknya permukaan air laut adalah krisis yang sepenuhnya disebabkan oleh manusia, krisis yang akan segera membesar hingga skala yang hampir tak terbayangkan, tanpa sekoci penyelamat yang dapat membawa kita kembali ke tempat yang aman," jelasnya.
"Namun, jika kita menyelamatkan Pasifik, kita juga menyelamatkan diri kita sendiri," katanya.
Sejumlah penelitian mengkonfirmasi tingkat kenaikan air laut yang lebih tinggi dari sebelumnya. Laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyimpulkan suhu permukaan laut di Pasifik barat daya telah meningkat tiga kali lebih cepat daripada rata-rata global sejak 1980.
Laporan tersebut ikut menemukan bahwa frekuensi gelombang panas laut di wilayah tersebut telah meningkat sekitar dua kali lipat sejak 1980. Gelombang panas juga ditemukan menjadi lebih intens dan berlangsung lebih lama.
"(Sebanyak) 34 peristiwa bahaya hidrometeorologi yang sebagian besar terkait dengan badai atau banjir di Pasifik barat daya tahun lalu menyebabkan lebih dari 200 kematian dan memengaruhi lebih dari 25 juta orang," tambah laporan itu.
Di laporan kedua, tim aksi iklim PBB memperingatkan bahwa krisis iklim dan kenaikan muka air laut bukan lagi menjadi ancaman yang asing bagi Negara Pasifik.
Sementara itu, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menyimpulkan pada tahun 2021 bahwa muka air laut rata-rata global meningkat pada level yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam 3.000 tahun terakhir, disebabkan pemanasan global yang disebabkan oleh manusia.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PBB Mendadak Beri Peringatan Buat Asia, RI Dalam Bahaya?
