Hubungan Tetangga RI Ini Kian Panas Sama China

Mentari Puspadini, CNBC Indonesia
25 August 2024 12:00
Kondisi di wilayah Laut China Selatan (LCS) kembali memanas. Terbaru, sebuah konfrontasi langsung terjadi antara Angkatan Laut China dan Filipina, yang terus bersengketa atas wilayah perairan itu. (Tangakapan Layar Video Reuters/ARMED FORCES OF THE PHILIPPINES)
Foto: Kondisi di wilayah Laut China Selatan (LCS) kembali memanas. Terbaru, sebuah konfrontasi langsung terjadi antara Angkatan Laut China dan Filipina, yang terus bersengketa atas wilayah perairan itu. (Tangakapan Layar Video Reuters/ARMED FORCES OF THE PHILIPPINES)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Filipina menuduh China telah menembakkan sinyal suar atau flares hanya beberapa meter dari salah satu pesawat mereka yang sedang melakukan patroli di atas Laut China Selatan pekan lalu. Insiden ini menambah ketegangan di kawasan yang sudah lama diperebutkan oleh berbagai negara tersebut.

Menurut pernyataan dari Satuan Tugas Nasional untuk Laut Filipina Barat pada Sabtu (24/8/2024), sebuah pesawat tempur China melakukan "manuver yang tidak bertanggung jawab dan berbahaya" pada 19 Agustus ketika pesawat dari Biro Perikanan dan Sumber Daya Perairan (BFAR) Filipina sedang menjalankan "penerbangan kesadaran wilayah maritim" di dekat Karang Scarborough.

Mengutip The Guardian, pesawat sipil tersebut, yang diidentifikasi sebagai pesawat Cessna Grand Caravan, mengalami pelecehan tanpa provokasi dari pihak China.

Insiden pelecehan tersebut, menurut pernyataan satuan tugas, termasuk "penembakan suar beberapa kali pada jarak yang sangat dekat, sekitar 15 meter dari pesawat BFAR."

Selain itu, pada 22 Agustus, suar juga ditembakkan di dekat pesawat yang sama saat sedang memantau dan mencegat para pemburu liar yang memasuki zona ekonomi eksklusif dan wilayah laut Filipina di sekitar Karang Subi yang dikuasai China.

Suar biasanya digunakan oleh pesawat militer sebagai pengalih untuk melindungi diri dari rudal, namun juga dapat digunakan untuk penerangan. Insiden ini terjadi di tengah klaim Beijing atas sebagian besar wilayah Laut China Selatan dan serangkaian konfrontasi maritim yang tegang antara Manila dan Beijing dalam beberapa bulan terakhir.

Ketegangan ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi konflik bersenjata yang dapat melibatkan Amerika Serikat, sekutu militer Filipina.

Kementerian Luar Negeri China pada Jumat (23/8) menyatakan bahwa dua pesawat militer Filipina memasuki wilayah udara China di atas Karang Subi pada 22 Agustus, dan pihak China mengambil "tindakan balasan yang diperlukan sesuai dengan hukum untuk melindungi kedaulatan dan keamanannya." Namun, pernyataan tersebut tidak menyinggung insiden pada 19 Agustus di Karang Scarborough, yang diambil alih oleh China dari Filipina pada akhir konfrontasi tahun 2012.

Insiden di Karang Scarborough terjadi beberapa jam setelah kapal-kapal penjaga pantai Filipina dan China bertabrakan di dekat Karang Sabina, menyebabkan kerusakan struktural pada kedua kapal patroli Filipina. Karang tersebut terletak 140 km barat Pulau Palawan, Filipina, dan sekitar 1.200 km dari Pulau Hainan, daratan terdekat milik China.

Pemerintah Filipina juga menuduh sebuah pesawat angkatan udara China melakukan "manuver berbahaya". Pesawat ini juga menembakkan suar di jalur pesawat angkatan udara Filipina yang sedang berpatroli di atas Karang Scarborough pada 10 Agustus.

Ketegangan antara kedua negara terus meningkat, terutama setelah seorang pelaut Filipina kehilangan ibu jari dalam konfrontasi di Karang Second Thomas pada Juni lalu, ketika penjaga pantai China menggunakan tongkat, pisau, dan kapak untuk menyita atau merusak peralatan milik Filipina.

Meskipun demikian, Beijing terus menyalahkan Manila atas eskalasi ketegangan dan menganggap tindakannya untuk melindungi klaimnya sebagai sah dan proporsional. China tetap berpegang pada klaimnya atas hampir seluruh Laut China Selatan, meskipun ada putusan dari pengadilan internasional yang menyatakan bahwa klaim tersebut tidak memiliki dasar hukum.

Pada Sabtu kemarin, pemerintah Filipina mendesak Beijing untuk segera menghentikan semua tindakan provokatif dan berbahaya yang mengancam keselamatan kapal dan pesawat Filipina yang terlibat dalam kegiatan yang sah dan rutin di dalam wilayah dan zona ekonomi eksklusif Filipina, serta menjaga kebebasan navigasi dan penerbangan.

Satuan tugas tersebut menambahkan bahwa "tindakan semacam itu merusak perdamaian dan keamanan regional, serta semakin merusak citra Republik Rakyat China di mata komunitas internasional."


(Mentari Puspadini/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hubungan China & Tetangga RI Kian Panas di LCS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular