Bos Vale Beberkan Peran Huayou-Ford di Proyek Smelter Rp70 Triliun

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Jumat, 23/08/2024 19:15 WIB
Foto: Hilirisasi Nikel RI, Vale Genjot Produksi Hingga Bangun 3 Smelter Baru (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengungkapkan peran masing-masing mitra, yakni perusahaan otomotif asal Amerika Serikat (AS) yakni Ford Motor Co. dan perusahaan asal China yakni Zhejiang Huayou Cobalt, dalam proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Presiden Direktur INCO Febriany Eddy meyakini bahwa setiap pihak akan membawa nilai bagi proyek kemitraan ini.

Seperti diketahui, proyek smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) ini bernilai US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 69,9 triliun (asumsi kurs Rp 15.554 per US$). Smelter ini akan memproduksikan 120 ribu ton per tahun Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).


"Ambil contoh mungkin kerja sama kita ya di (smelter) Pomalaa yang ada Ford, Huayou, dan kita ya. Jadi kita selalu percaya bahwa dalam partnership itu, everyone needs to bring value to the table," ucap Febriany kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Jumat (23/8/2024).

Dia pun membeberkan peran dari masing-masing perusahaan dalam proyek smelter HPAL di Pomalaa ini. Vale, menurutnya, berperan sebagai pemasok sumber bijih nikel dari pertambangan yang berkelanjutan.

"Jadi kalau PT Vale kita mengandalkan suplai bijih dari pertambangan berkelanjutan. Karena ini kan nanti kan untuk pasar yang lumayan, ya untuk Ford dan teman-temannya lah," jelas Febriany.

Adapun peran Ford dalam proyek smelter nikel tersebut, lanjut Febriany, akan membantu dari sisi pendanaan atau keuangan dan akses pasar untuk hasil pemrosesan nikel dari smelter ini.

"Dari Ford yang membantu kita dari sisi financing dan juga akses pasar," beber Febriany.

Sementara partner lainnya yakni Huayou, Febriany menyebut, Huayou akan berperan untuk menyediakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang akan digunakan dalam pabrik tersebut.

"Kemudian dari sisi partner kita juga Huayou membawa teknologi HPAL-nya yang cukup, sekarang sudah sangat mature ya. Sudah ada proven track record di mana efisiensi dan efektivitasnya sangat tinggi," tambahnya.

Adapun, progres dari pembangunan smelter tersebut ditargetkan akan bisa mulai beroperasi pada kuartal 1 tahun 2026 mendatang.

"Untuk (smelter) Pomalaa akhir tahun ini harusnya di sekitar 20-an% persen dan harapan kita di kuartal 1 2026 sudah berproduksi," tandasnya.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Komitmen PT Vale Indonesia di Praktik Penambangan Berkelanjutan