
Babi Rusia Menyerbu China, Siap Kalahkan Babi Eropa

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia berencana untuk menguasai 10% pasar impor daging babi China pada beberapa tahun mendatang. Ini terjadi saat Uni Eropa (UE), yang merupakan produsen terbesar babi impor China, terlibat ketegangan perdagangan dengan Beijing.
Dalam keterangan Reuters, Ketua Persatuan Peternak Babi Nasional Rusia, Yuri Kovalyov, memaparkan bahwa saat ini Rusia dan China dapat terus mengembangkan kerja sama dagangnya di sektor daging babi. Menurutnya, ini merupakan kesempatan baik saat hubungan dagang UE-China merenggang akibat mobil listrik.
"Bagi kami, ketegangan perdagangan ini merupakan peluang untuk menunjukkan daya saing kami di pasar China," ujarnya dikutip Senin (19/8/2024).
Hubungan dagang China-UE tengah memanas karena Brussels baru-baru ini menetapkan bea masuk sementara hingga 37,6% pada mobil listrik yang diimpor dari Beijing untuk melawan apa yang disebutnya sebagai subsidi yang tidak adil.
Sebagai tanggapan, China menyebut perusahaan daging babi Denmark, Belanda, dan Spanyol sebagai target dalam penyelidikan antidumping.
Kovalyov mengatakan tujuan Rusia adalah memasok 10% dari impor daging babi China dalam waktu tiga hingga empat tahun. Meski begitu, sejumlah tantangan menanti Negeri Beruang Putih seperti persaingan ketat dari eksportir daging babi utama lainnya, seperti Brasil, ditambah dengan meningkatnya produksi daging babi domestik di China.
Permintaan daging babi juga menurun di China, meskipun Negeri Tirai Bambu itu masih mengonsumsi sekitar setengah dari daging babi dunia, atau 53-54 juta ton per tahun.
"Produksi daging babi Rusia diperkirakan mencapai 5,2 juta metrik ton pada tahun 2024 dari 4,9 juta pada tahun 2023 dan titik terendah pasca-Soviet sebesar 1,5 juta pada tahun 1999," tambah Kovalyov.
"Produksi saat ini menjadikan Rusia produsen terbesar keempat, di belakang China, UE, dan Amerika Serikat, serta setara dengan Brasil."
Industri daging babi Rusia runtuh setelah jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991. Industri ini mulai tumbuh lagi pada tahun 2005, dibantu oleh dukungan negara dan langkah-langkah proteksionis.
Industri daging babi mengalami kemunduran besar pada tahun 2008 karena merebaknya demam babi Afrika, yang menimbulkan kerugian besar bagi produsen dan secara efektif menutup pasar China untuk Rusia selama 15 tahun. Namun, produksi daging babi Rusia dengan cepat dengan larangan impor daging babi Uni Eropa ke Rusia pada tahun 2014.
Menteri Pertanian Rusia Oksana Lut memperkirakan ekspor daging babi Rusia ke semua negara akan meningkat menjadi 310.000 ton pada tahun 2024, termasuk babi hidup. Produsen Rusia juga telah mengambil 50% pangsa impor daging babi di Vietnam dan mengekspor ke sekitar 20 pasar lainnya.
"Sebagai pendatang baru, kami memiliki salah satu sektor produksi daging babi paling modern di dunia," tutur Kovalyov lagi.
Salah satu raksasa produsen daging babi Rusia, Miratorg, mengatakan telah melakukan pengiriman pertama dari pusat logistiknya di wilayah Belgorod, Rusia, ke pelabuhan Nansha di China Selatan melalui jalur kereta api dan laut.
Perusahaan tersebut mengatakan ekspor daging babi secara keseluruhan melonjak 70% tahun lalu dan berencana untuk meningkatkan produksi daging babi sebesar 5% untuk mengimbangi pertumbuhan permintaan.
"Rusia jelas memiliki sumber daya alam, basis pakan, dan cadangan air tawar untuk meningkatkan produksi daging berkali-kali lipat," kata Marina Demidova, kepala ekspor Miratorg.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Cuma AS, Genderang Perang Dagang China Kini Bergema di Eropa
