PHK Naik Tapi Pengangguran Terendah Sejak 1997, Menaker Buka Suara

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
15 August 2024 08:15
Menaker Ida Fauziyah. (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)
Foto: Menaker Ida Fauziyah. (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah buka suara ihwal merangkak naiknya jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia, di tengah rendahnya tingkat pengangguran terbuka atau TPT yang dicatat Badan Pusat Statistik (BPS).

Sebagaimana diketahui, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, jumlah pekerja yang menjadi korban PHK pada periode Januari-Juni 2024 mencapai 32.064 orang, melonjak 21,4% dari periode sama tahun lalu yang tercatat sebanyak 26.400 orang.

Sementara itu, BPS melaporkan TPT secara nasional pada Februari lalu mencapai 4,82%, menurun dari sebelumnya pada Februari 2023 yang mencapai 5,45%. Jumlah pengangguran Indonesia pada Februari lalu menjadi yang terendah sejak era reformasi atau 1997, sebesar 4,69 juta.

Khusus untuk angka TPT itu, Ida mengaku gembira. "Yang menggembirakan saya data di Februari 2024 BPS merilis TPT kita udah pada posisi 4,8%. Itu capaian TPT terendah sejak reformasi. Ini yang paling disyukuri tentu kita punya pekerjaan kita terus menekan agar tpt makin turun," kata Ida di kawasan Istana Negara, Jakarta, Rabu (14/8/2024).

Lebih lanjut, terkait penyebab maraknya PHK, menurut Ida masih dipicu oleh lemahnya permintaan di tingkat global, karena lesunya aktivitas ekonomi. Mayoritas yang terdampak dari pelemahan ekonomi global itu kata Ida ialah industri tekstil di samping adanya tekanan dari ketertinggalannya teknologi tekstil di Indonesia.

"Karena kondisi ekonomi global tak baik baik saja di antaranya kemudian saya kira gaya pembeli berubah sekarang, kemudian teknologi di pabrik tekstil juga butuh penyesuaian-penyesuaian kebutuhan teknologi dan perkembangannya," ucap Ida.

Di sisi lain, Ida mengakui, tekanan terhadap industri tekstil hingga menyebabkan maraknya PHK juga dipicu oleh masuknya barang impor ke Indonesia. Maka, dari sisi kebijakan untuk membatasi impor barang-barang yang bisa diproduksi di domestik menurutnya penting untuk segera dikeluarkan.

"Kita harap produk impor bisa dikurangi dan memasifkan produk dalam negeri. Tapi tentu, PHK itu jalan terakhir, kita harap benar-benar itu jalan terakhir, kita terus melakukan dialog dengan pengusaha dan pekerja," tegasnya.

"Kita mendorong agar teman-teman di PHK tekstil bisa bekerja kembali di perusahaan baru tekstil yang akan masuk. ada dari dalam dan luar negeri," ungkap Ida.

Sebagai informasi tambahan, Ekonom senior dari Universitas Paramadina Wijayanto Samirin sebetulnya telah mekankan bahwa turunnya data TPT tak ada artinya dalam menggambarkan kondisi kesehatan tenaga kerja di Indonesia, sebab penurunannya bermasalah.

Ia menjelaskan, masalah ini disebabkan karena definisi pengangguran BPS sangat longgar, yakni mereka yang dalam seminggu terakhir bekerja minimal 1 jam, baik dibayar maupun tidak dianggap bekerja. Jika definisi pengangguran itu disesuaikan menjadi bekerja 35 jam dalam seminggu dan dibayar seperti definisi di berbagai negara, maka tingkat pengangguran di Indonesia ia klaim bisa mencapai 31,07%.

"Jadi terlihat bahwa tingkat pengangguran menurun, tetapi penurunan tersebut bermasalah," kata Wijayanto saat ditemui CNBC Indonesia, Jakarta, dikutip Senin (12/8/2024).

Di sisi lain, Wijayanto mengingatkan, data per Februari 2024 juga menunjukkan persentase tingkat setengah pengangguran melonjak menjadi sebesar 8,52%. Padahal pada 2020 hanya sebesar 6,34%, pada 2019 di level 7,37%. "Tapi kita bahasnya pengangguran kita turun, itukan angka meaningless, jadi mengerikan kan," tuturnya.

Kondisi ini seiring dengan data proporsi pekerja informal yang terus mendominasi, dan bahkan melonjak angkanya per Februari 2024 menjadi 59,17% dari jumlah pekerja. Sedangkan pada 2020 persentasenya masih sebesar 56,64%, dan pada 2019 masih sebesar 57,27%.

"Ini artinya industri enggak tumbuh kan, orang pilih aktivitas ekonomi lain. Kalau ada pabrik saya kerja di pabrik, tapi karena enggak ada pabrik saya sektor jasa itu, jualan kopi keliling, pedagang asongan," ucapnya.

Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) secara nasional pada Februari lalu mencapai 4,82%, menurun dari sebelumnya pada Februari 2023 yang mencapai 5,45%.

Jumlah pengangguran Indonesia pada Februari lalu menjadi yang terendah sejak era reformasi atau 1997, sebesar 4,69 juta.

Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar 5 orang penganggur.

Sementara itu, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat jumlah pekerja yang korban pemutusan hubungan kerja pada periode Januari-Juni 2024 mencapai 32.064 orang. Angka tersebut melonjak 21,4% dari periode sama tahun lalu yang tercatat sebanyak 26.400 orang.


(Arrijal Rachman/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: PHK 'Bejibun' Saat Angka Pengangguran Turun, Apa Yang Salah?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular