Baju Anak Impor Banjiri Pasar Tanah Abang, Tanpa Label SNI-Super Murah
Jakarta, CNBC Indonesia - Baju anak impor merajalela di Pasar Tanah Abang, Jakarta. Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia, penjualan baju anak impor terpusat di lantai 3A Pasar Tanah Abang, dapat terlihat sejauh mata memandang di hampir semua blok.
Harganya pun terbilang sangat murah. Jika membeli tiga potong (pieces) sekaligus, konsumen dapat harga spesial hanya Rp100.000.
"Harganya Rp 35 ribu per pieces, ambil 3 jadi Rp 100 ribu. Bebas bisa ambil warna dan jenis apa aja, untuk semua umur juga," kata Leo, pedagang di lantai 3A pasar blok A Tanah Abang, Selasa (6/8/2024).
Ukuran pakaian bayi mulai dari 55/100, 60/100 hingga 65/100. Semakin besar angka maka semakin besar ukuran dan peruntukannya untuk anak dengan usia lebih besar. Pedagang membanderol semua pakaiannya dengan harga sama yakni Rp 35 per pieces.
"Kita barangnya impor dari China semua," kata pedagang tersebut
Pada nametag terlihat tulisan exquisite garment of baby lengkap dengan tulisan China 丝路童话 yang artinya berbahan sutera. Toko ini juga menjual pakaian lain seperti celana pendek yang dijual dengan harga sama.
Tanpa Label SNI Wajib
Baju-baju itu juga tidak dilabel SNI atau penanda Standar Nasional Indonesia (SNI). Padahal, pakaian anak dan pakaian bayi termasuk produk yang harus memenuhi SNI alias berlaku SNI Wajib.
SNI ini memang sudah tak berlaku.
Namun direvisi dan diamandemen dengan SNI 7617:2013. Mengatur persyaratan zat warna azo, kadar formaldehida dan kadar logam terekstraksi pada kain. Serta SNI 7617:2013/Amd1:2014 memuat persyaratan zat warna azo, kadar formaldehida dan kadar logam terekstraksi pada kain. Produk tekstil ini diwajibkan mengantongi Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI. Dengan begitu, baru dapat menggunakan label SNI Wajib pada produknya.
Pedagang lainnya di lantai 3A juga menjual baju serupa dengan harga sama. Bedanya, ia juga menjual pakaian produksi dalam negeri dengan harga yang juga sama.
"Produksi lokal juga bagus-bagus, tergantung selera aja maunya yang mana," kata pedagang tersebut.
Sebelumnya, Komite Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Tanah Abang Hari mengungkapkan, banyak pabrikan yang tutup akibat banyaknya produk impor. Pasalnya impor beberapa jenis barang sudah sangat merajalela dan membuat industri tekstil dan produk tekstil (TPT) makin terhimpit.
"Tanah Abang aja 2024 ini omzet turun sampai 50%. Sekitar 70% dikuasai barang impor terutama baju anak-anak," kata Hari beberapa waktu lalu.
(dce)