Begini Cara Pemerintah Kelola Utang Rp 8.444 Triliun, Buat Apa Saja?

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
05 August 2024 07:35
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam Economic Update di Program Power Lunch yang berlangsung pada Selasa, (11/7/2023). (CNBC Indonesia TV)
Foto: Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam Economic Update di Program Power Lunch yang berlangsung pada Selasa, (11/7/2023). (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Anggran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang terus menerus defisit membuat utang pemerintah kini tembus Rp 8.444,87 triliun per Semester I-2024, setara 39,13% dari produk domestik bruto (PDB).

Wakil Menteri Keuangan I Suahasil Nazara mengatakan, utang itu muncul karena untuk membiayai kebijakan anggaran pemerintah yang memang didesain defisit dari tahun ke tahunnya. Tujuannya, supaya pembangunan Indonesia bisa lebih cepat.

"Defisit itu karena belanja kita lebih besar dari pendapatan. Kenapa kita mau belanja lebih besar dari pendapatan karena kita ingin bangun lebih cepat dan lebih banyak," ucap Suahasil dalam program Economic Update 2024 CNBC Indonesia, dikutip Senin (5/8/2024).

Oleh sebab itu, ia memastikan utang yang digunakan untuk menambal kebutuhan belanja yang lebih besar ketimbang pendapatan yang diperoleh, digunakan untuk hal-hal yang bersifat produktif, mulai dari infrastruktur, penguatan program perlindungan sosial, hingga program-program yang menjaga daya beli masyarakat.

"Dengan belanja negara yang produktif, maka defisitnya kita lakukan refinancing, karena belanja negara yang produktif memunculkan penerimaan pajak di masa depan," ucap Suahasil.

"Kayak kita investasi saja, kita utang untuk investasi yang baik, maka ke depan, masa depan akan menimbulkan penerimaan pajak yang berkelanjutan," tegasnya.

Meski APBN terus didesain defisit, Suahasil memastikan, tidak berarti pemerintah ugal-ugalan dalam mencari utang. Sebab, Undang-Undang Keuangan Negara telah menetapkan batas aman defisit APBN sebesar 3% dari PDB.

Dengan begitu, pemerintah akan memastikan rasio utang terhadap PDB akan terus bergerak di kisaran bawah 40% supaya defisit APBN tidak bergerak di atas 3%.

"Ketika Covid-19 pernah 40,7%, sekarang kita turunkan sekitar 39%. Ini kita coba dan menjadi stance kebijakan, nah kita lihat ini terus ke depannya, sehingga kalau kita lakukan defisit kita pastikan belanja negaranya itu efisien dan produktif," ujar Suahasil.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Thomas Djiwandono Dikabarkan Akan Dilantik Jadi Wamenkeu II Sore Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular