Buka-bukaan Bos Pengusaha RI, Ini yang Terjadi Jika Trump Menang

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) akan menggelar Pemilihan Umum (Pemilu) pada 5 November 2024 mendatang. Dalam Pemilu itu, warga AS akan menetapkan pilihannya atas Presiden berikutnya, menggantikan kepemimpinan Presiden saat ini, Joe Biden.
Dalam perjalanan menuju Pemilu AS 2024, berbagai dinamika mewarnai. Mulai dari penembakan Donald Trump saat melakukan kampanye di Pennsylvania, Sabtu (13/7). Lalu, pada 21 Juli 2024, Joe Biden mengumumkan pengunduran dirinya dari kancah Pemilu
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan pemunduran dirinya. Nama Kamala Harris pun muncul sebagai calon kuat pengganti Joe Biden dalam Pilpres AS 2024.
Apakah dinamika Pemilu AS itu akan menimbulkan dampak ke Indonesia?
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta Kamdani mengatakan, dinamika politik yang terjadi di AS memang menarik dan jadi perhatian global.
"Tapi sebenarnya kalau melihat situasi di AS itu, mungkin..siapa pun calonnya, nggak akan berdampak banyak bagi Indonesia. Ya kita lihat memang bagaimana situasi memengaruhi global. Tapi, siapa pun nanti yang maju dari Demokrat, apakah Kamala Harris, lebih ke siapa yang akan jadi pemenangnya nanti," kata Shinta dalam Economic Update 2024 CNBC Indonesia, Jumat (2/8/2024).
"Kalau poling memang Trump unggul, even sebelum assassination attempt (upaya pembunuhan) ya. Lalu apakah dengan mundurnya Joe Biden akan membuat kans Trump menang jadi lebih besar? Karena kalau dari independen saya rasa nggak mudah ya, dengan sisa waktu 100 hari. Mungkin bakal Kamala Harris against Trump. Ini yang kita lihat menarik," tambahnya.
Terkait siapa yang akan jadi pemenang Pemilu AS dan efeknya ke Indonesia, Shinta mengatakan, kekuatan marketing intelligence dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada.
"Kita sudah tahu how to deal with Trump. Dia transaksional, pragmatis. Kita lihat Trump itu lebih ke bilateral, dia benar-benar lebih ke bilateral. What's in for me what's in for you. Saya ingat waktu itu (saat Trump jadi Presiden AS), kita mau melakukan trade deal. Ada inisiasi waktu itu. Tapi kemudian terhenti saat Joe Biden. Dia maunya Indo-Pacific Economic Framework (IPEF)," kata Shinta.
Jika Trump menang, ujarnya, kerja sama yang lebih ke bilateral kemungkinan akan mendominasi kebijakan ekonomi-perdagangan AS.
"Dan kita juga lihat waktu trade war dengan China, Trump juga clear. Kita lihat dulu trade war dengan China itu memang jadi tantangan, tapi ada peluang juga bagi Indonesia. Cuma waktu itu Indonesia nggak bisa memanfaatkan banyak. Lebih banyak dimanfaatkan oleh Vietnam yang menarik lebih banyak investasi maupun ekspor," sebutnya.
Artinya, bukan berarti Indonesia tidak memiliki peluang yang bisa dimanfaatkan.
"Ini menyangkut kekuatan marketing intelligence kita. Bagaimana diplomasi ekonomi Indonesia, kita bisa di tengah-tengah. Karena nggak mungkin bisa memilih salah satu. Jadi harus pintar-pintar mengambil peluang," kata Shinta.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Joe Biden Mundur Dari Pilpres AS, Dukung Sosok Ini Lawan Donald Trump
