RI Deflasi Beruntun 3 Bulan, BPS: Bukan Karena Daya Beli Turun!

M Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
Kamis, 01/08/2024 14:35 WIB
Foto: Penjual sepatu merapihkan dagangannya sebelum menutup toko di Blok A asar Tanah Abang, Jakarta, Kamis (18/7/2024). Sejumah pedagang Blok A Pasar Tanah Abang khususnya di lantai 3  Blok A mengaku tengah dilanda kepanikan karena khawtir akan adanya razia barang impor. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia-Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut terjadinya deflasi beruntun bukan disebabkan oleh daya beli masyarakat yang menurun. BPS menyatakan terjadinya deflasi justru disebabkan oleh suplai yang melimpah di pasar.

"Kalau karena suplai pasokan pasar dari komoditas yang cukup di pasar dan kemudian ini yang menyebabkan penurunan harga karena meningkatnya pasokan ini tidak bisa langsung disimpulkan ini penurunan daya beli, justru deflasi ini terjadi karena pasokan yang melimpah," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis, (1/8/2024).


Amalia mengatakan suplai yang meningkat itu terutama pada ketersediaan bahan makanan bergejolak atau volatile food. Dia bilang komponen harga pangan bergejolak ini amat mempengaruhi tingkat inflasi secara umum.

Beberapa waktu terakhir, kata dia, rapat pengendalian inflasi yang digelar tiap pekan amat memperhatikan ketersediaan pasokan pangan bergejolak ini di pasar. Salah satu bahan makanan yang disoroti adalah ketersediaan harga bawang merah dan cabai. Ketika pasokan ditambah, maka harga kedua komoditas ini ikut turun dan menyumbang pada deflasi.

"Kalau dilihat harga cabai dan bawang merah ini ternyata jadi sebab terjadinya inflasi harga barang... inilah yang ternyata jadi sebab terjadinya deflasi untuk komponen makanan minuman, atau secara umum ini penyumbang deflasi harga pangan bergejolak," kata dia.

Sebelumnya, BPS mencatat Indonesia kembali mengalami deflasi pada Juli 2024 sebesar 0,18% month-to-month. Deflasi kali ini menandakan RI telah mengalami penurunan harga secara umum selama 3 bulan berturut-turut sejak Mei lalu.

Deflasi bulan Juli disebabkan untuk turunnya harga bahan pangan bergejolak. Sementara, kenaikan harga tercatat terjadi pada komponen biaya sekolah, seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru.


(rsa/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ekonom Kaget Dengan Data PDB, Sri Mulyani Tegaskan Percaya BPS