Perang Arab Menggila, Brigade Al-Qassam Janji Bawa Israel ke Jurang
Jakarta, CNBC Indonesia - Kematian pemimpin Hamas, Kepala Biro Politik Ismail Haniyeh telah menimbulkan situasi yang makin memanas di Timur Tengah. Potensi perang Arab bisa melebar, selain perang Gaza yang masih berlangsung antara Israel dan Hamas serta menyeret proksi Iran lain- juga menjadi kekhawatiran baru.
Perlu diketahui, Haniyeh tewas di Teheran, Iran saat berkunjung ke negara itu guna menghadiri pelantikan Presiden Baru Iran Masoud Pezeshkian sejak Selasa waktu setempat. Namun Rabu dini hari, ia dan pengawalnya yang tinggal di sebuah kediaman bagi para veteran di Teheran Utara menjadi sasaran "proyektil jarak jauh".
Hamas dan Iran menyalahkan tindakan itu ke Israel. Dalam pidato terbaru di depan umum, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel telah memberikan pukulan telak kepada proksi Iran selama beberapa hari terakhir, termasuk Hamas dan Hizbullah meski tidak menyebutkan pembunuhan Haniyeh langsung.
Brigade Al-Qassam Bereaksi
Sementara itu, sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam bereaksi. Mereka menyebut pembunuhan pemimpin Haniyeh membawa perang melawan Israel ke "level baru".
Brigade Ezzedine al-Qassam juga memperingatkan dampak lanjutan terhadap seluruh kawasan. Menurutnya efeknya akan sangat besar.
"Pembunuhan ini ... membawa perang ke level yang baru dan akan memiliki konsekuensi yang sangat besar bagi seluruh kawasan," demikian tulis AFP, dikutip Kamis (1/8/2024).
Perlu diketahui, para petempur Brigade Ezzedine al-Qassam terlibat dalam pertempuran sengit melawan pasukan Israel di Jalur Gaza beberapa bulan terakhir. Militer itu juga menyebut pelanggaran kedaulatan negara-negara di kawasan sebagai "kesalahan perhitungan" dan seharusnya "menjadi peringatan bagi semua negara dan orang-orang di kawasan ini".
"Benjamin Netanyahu membawa Israel menuju jurang," tambahnya lagi.
Sebelumnya, milisi penguasa Yaman, Houthi, dan kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, juga telah buka suara serangan tersebut. Anggota Biro Politik Houthi, Mohammed Ali Al Huthi, murka terhadap serangan itu seraya menyebutnya tindakan "teroris dan kriminal" sementara Hizbullah juga mengecam pembunuhan Haniyeh.
"Menargetkannya adalah kejahatan teroris yang keji dan pelanggaran hukum dan nilai-nilai ideal yang mencolok," tegas Houthi dalam akun X resmi yang dikutip AFP.
"Pembunuhan Haniyeh menguatkan tekad dan kekeraskepalaan para pejuang untuk melawan Israel," kata Hizbullah di Telegram.
Hamas, Hizbullah, dan Houthi, merupakan sekutu yang bergabung dalam poros yang disebut sebagai 'poros perlawanan'. Ketiga aliansi ini terus melakukan perlawanan terhadap sikap Israel yang terus mencaplok tanah Palestina.
Iran Serukan Balas Dendam
Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bersumpah memberikan "hukuman keras" bagi Israel setelah pembunuhan Haniyeh. Ia mengatakan tugas "kami untuk membalas dendam".
"Dengan tindakan ini, rezim Zionis kriminal dan teroris menyiapkan dasar untuk hukuman keras bagi dirinya sendiri, dan kami menganggapnya sebagai tugas kami untuk membalas dendam atas darahnya karena ia telah menjadi martir di wilayah Republik Islam Iran," katanya dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita resmi IRNA.
(sef/sef)