
Kronologi & Penyebab Ismail Haniyeh Tewas, Apa Dampak ke Perang Arab?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, dilaporkan tewas di Teheran, Iran, Rabu kemarin. Hamas dan Garda Revolusi Iran (IRGC) mengonfirmasi kejadian itu dan menyebutnya sebagai pembunuhan.
Media Iran mengatakan bahwa Haniyeh tewas dalam serangan udara. Ia sendiri sebenarnya baru tiba di Iran Selasa, untuk menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.
"Haniyeh, yang datang ke Iran untuk menghadiri upacara pelantikan presiden, tinggal di salah satu tempat tinggal khusus veteran perang di Teheran utara," tulis kantor berita Fars dikutip APFP.
Lalu bagaimana kronologi dan penyebab ia tewas?
Pembunuhan terhadap Haniyeh berlangsung Rabu dini hari, sekitar pukul 02.00 waktu setempat. Ia disebut tewas dalam sebuah serangan yang diluncurkan melalui udara.
Kala itu Haniyeh beristirahat di sebuah tempat, yang disebut kediaman untuk para veteran di bagian utara Teheran. Bersamanya, seorang bodyguard juga tewas.
Mengutip media Arab Saudi Al Hadath, ia disebut tewas oleh serangan rudal berpemandu yang menargetkan kediaman pribadinya. CNN International merujuk laman IRNA, media pemerintah Iran, mengatakan ia diserang di Teheran menggunakan "proyektil berpemandu udara".
"IRNA mengatakan penyelidikan lebih lanjut sedang dilakukan untuk menentukan rincian operasi dan posisi dari mana proyektil itu ditembakkan," kata CNN International menjelaskan.
Awalnya bagaimana ia meninggal masih simpang siur. Namun baik Hamas dan Iran menunjuk Israel sebagai bilang keladi.
"Saudara pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, kepala gerakan Hamas, tewas dalam serangan Zionis di kediamannya di Teheran," ucap Hamas saat pengumuman pertama, merujuk Israel.
"Kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan sebagai akibat dari insiden ini, dia dan salah satu pengawalnya menjadi martir," kata situs web berita Sepah milik Korps IRGC.
Kematian Haniyeh membuat Hamas bereaksi keras. Juru Bicara Hamas, Sami Abu Zuhri menggambarkan pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh sebagai eskalasi yang serius. Ia mengancam akan terus melebarkan perang dengan Israel, yang saat ini sebenarnya sedang berupaya untuk dinegosiasikan.
"Hamas akan melancarkan perang terbuka untuk membebaskan Yerusalem. Kami siap membayar berbagai harga untuk melakukannya," ujar Abu Zuhri menurut laporan media lokal yang dikutip Al Jazeera.
Hal serupa juga disampaikan Anggota biro politik Hamas, Mousa Abu Marzook. Ia telah melabeli aksi Tel Aviv ini sebagai aksi pengecut.
"Pembunuhan yang 'pengecut' terhadap Ismail Haniyeh tidak akan dibiarkan begitu saja," ujarnya seperti dikutip Iran News.
Dampak kematian Ismail Haniyeh?
Pembunuhan Ismail Haniyeh telah membawa kawasan Timur Tengah lebih dekat ke perang terbuka. Ini dikatakan seorang profesor Studi Timur Tengah di Universitas Georgetown, kata Nader Hashemi, merujuk BBC International.
"Ini adalah perkembangan besar," ujarnya.
"Saya pikir ini juga berdampak pada peristiwa di Lebanon karena hanya beberapa jam sebelumnya Israel mencoba membunuh seorang pemimpin senior Hizbullah di Beirut selatan dan asumsi yang berlaku adalah bahwa Iran dan Hizbullah tidak tertarik pada eskalasi," ujarnya menyinggung serangan Israel lain di Lebanon di waktu yang berdekatan.
"Namun pembunuhan Haniyeh telah mengubah perhitungan tersebut," tambahnya.
"Sekarang Iran memiliki banyak insentif untuk mencoba dan meningkatkan konflik ini," ujarnya menyebut Iran yang juga musuh Israel.
Kematiannya ini juga kini dapat menunda upaya untuk mewujudkan gencatan senjata di Gaza. Apalagi posisi Haniyeh merupakan lawan bicara yang penting dalam negosiasi yang ditengahi oleh Qatar, Amerika Serikat (AS), dan Mesir itu.
Beberapa negara, termasuk Irak, Turki, Rusia dan Qatar mengutuk serangan tersebut. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pembunuhan itu adalah "sesuatu yang tidak kami sadari atau terlibat di dalamnya".
Sayap bersenjata Hamas mengatakan kematian Haniyeh akan "membawa pertempuran ke dimensi baru" dan mempunyai dampak besar. Pemimpin Iran Ayatollah Khamenei telah bersumpah akan memberikan "hukuman berat" terhadap Israel, dan telah mengumumkan tiga hari berkabung nasional.
Sosok Haniyeh?
Ismail Haniyeh adalah tokoh politik Palestina terkemuka yang telah memainkan peran kunci dalam lanskap politik Timur Tengah yang kompleks. Lahir pada tahun 1963 di kamp pengungsi Shati di Gaza, Ismail Haniyeh bersekolah di sekolah yang dikelola Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lulus dari Universitas Islam Gaza dengan gelar dalam sastra Arab pada tahun 1987.
Ia mulai terlibat dengan kelompok Hamas saat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Ismail Haniyeh berpartisipasi dalam protes dalam Intifada Pertama dan dijatuhi hukuman penjara oleh pengadilan militer Israel.
Setelah dibebaskan, otoritas militer Israel di wilayah Palestina yang diduduki mendeportasinya ke Lebanon bersama para pemimpin senior Hamas Abdel-Aziz al-Rantissi, Mahmoud Zahar, Aziz Duwaik, dan 400 aktivis lainnya. Ia ditunjuk untuk mengepalai kantor Hamas pada tahun 1997 setelah Israel membebaskan Ahmed Yassin, pendiri Hamas.
Pada Desember 2005, Haniyeh terpilih untuk mengepalai daftar Hamas, yang memenangkan pemilihan Dewan Legislatif bulan berikutnya. Haniyeh menjadi Perdana Menteri pemerintah Otoritas Palestina setelah kemenangan Hamas dalam pemilihan legislatif tahun 2006 namun diberhentikan dari jabatannya oleh Presiden Mahmoud Abbas pada tahun 2007, yang memperdalam konflik politik antara Fatah dan Hamas.
Selama konflik Fatah-Hamas, Haniyeh ditolak masuk ke Gaza dari Mesir di Perlintasan Perbatasan Rafah saat ia kembali dari perjalanan resmi pertamanya ke luar negeri sebagai PM pada 2006. Kemudian ketika ia mencoba menyeberangi perbatasan, baku tembak menyebabkan seorang pengawal tewas dan putra sulung Haniyeh terluka.
Pada tahun 2016, Haniyeh menggantikan pimpinan utama Hamas yang dipimpin Khaled Mashaal dalam pemilihan umum. Dapat dikatakan Haniyeh merupakan figur tertinggi dalam kelompok Hamas.
Ia diketahui sering berada di luar Gaza untuk menghindari serangan dan blokade yang dilakukan oleh Israel. Itu dilakukan sembari menjalankan komunikasi dengan beberapa mitra Hamas seperti Qatar dan Iran.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ismail Haniyeh Tewas, Hamas Ancam Balas Dendam Perang ke Yerusalem
