
Isu Rusia Cabut dari Kilang Raksasa RI Dibantah Bahlil, Ini Katanya..

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia meluruskan soal kabar hengkangnya perusahaan Rusia yakni Rosneft. Khususnya dalam kerja sama pembangunan proyek New Grass Root Refinery and Petrochemical (NGRR) atau Kilang Tuban bersama Pertamina.
Bahlil memastikan proyek strategis Presiden Joko Widodo tersebut masih tetap dikerjakan bersama mitra Rusia yakni Rosneft. Hanya saja, karena proyek ini terimbas sanksi Uni Eropa, maka terjadi negosiasi ulang.
"Bukan hengkang, tapi terjadi nego ulang karena politik di sana lagi belum clear," kata dia usai Konferensi Pers, Senin (29/7/2024).
Meski demikian, Bahlil mengakui tidak menutup kemungkinan adanya investor baru apabila Rosneft memilih untuk cabut dari proyek kilang Tuban. "Itu beberapa alternatif-alternatif, tapi sampai sekarang masih tetap Rosneft," kata dia.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Taufik Aditiyawarman mengatakan bahwa proyek Kilang Tuban kerja sama dengan Rusia masih berprogres. Bahkan saat ini tengah dalam proses Final Investment Decision (FID) atau keputusan final investasi.
"Masih jalan ini lagi FID, sama proses prakualifikasi EPC," ujar Taufik ditemui di Jakarta, Senin 14/8/2023),
Selain itu, Taufik juga memastikan bahwa pihaknya masih tetap menggandeng Rusia dalam pembangunan proyek ini. Dengan demikian, belum ada rencana penggantian mitra kerja sama.
"Masih eksisting sekarang. Kita kan kudu bahas sama holding ya soal strategic partner," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Kilang Tuban merupakan proyek dari usaha patungan antara Pertamina dan perusahaan migas asal Rusia, Rosneft.
Pertamina melalui Subholding Refinery & Petrochemical, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memiliki kepemilikan saham 55% dan Rosneft memiliki kepemilikan saham 45% di proyek Kilang Tuban ini.
Berdasarkan data Pertamina, proyek kilang minyak ini ditargetkan bisa memproduksi BBM dengan standar Euro V dan menghasilkan 12,8 juta kilo liter (kl) per tahun, meliputi avtur 1,49 juta kl, diesel 5,2 juta kl, RON 92 5,95 juta, dan RON 95 0,16 juta kl.
Selain BBM, kilang Tuban ini juga ditargetkan bisa memproduksi 4,70 juta ton petrokimia per tahun, terdiri dari 1,3 juta ton paraxylene, 510 ribu ton styrene, 650 ribu ton LLDPE/HDPE, 1,16 juta ton polypropylene, 407 ribu ton sulfur, 500 ribu ton MEG, dan 173 ribu ton MTBE secara tahunan.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lama Tak Terdengar, Ini Kabar Terbaru Proyek Kilang Minyak RI-Rusia
