
Awas Perang Dunia 3! Nuklir Rusia Bergerak, Bisa Capai AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia kembali melakukan latihan peluncuran rudal nuklir baru, Selasa (23/7/2024). Hal ini terjadi saat hubungan Moskow dengan adidaya nuklir rivalnya, Amerika Serikat (AS), terus memanas karena perang di Ukraina.
Media Rusia melaporkan para militer Negeri Beruang Putih telah melakukan latihan untuk meluncurkan rudal Yars RS-24 di di lembah Sungai Volga. Kementerian Pertahanan Rusia menyebut ini akan menjadi latihan kedua yang dilakukan bulan ini setelah mereka melakukan uji serupa pada awal Juli lalu.
"Terletak sekitar 700 km dari Moskow, pasukan berencana untuk menempuh perjalanan lebih dari 100 km saat mereka berlatih kamuflase dan penyebaran," menurut laporan media Rusia, dikutip Newsweek.
Menurut media khusus militer dan pertahanan Army Recognition, Yars RS-24 adalah rudal nuklir bergerak Rusia yang dapat menempuh jarak antara 2.000 dan 10.500 km dengan jangkauan akurasi 250 meter. Di sisi lain, diketahui antara Rusia dan AS yang bersebelahan adalah sekitar 8.800 km.
Menurut Federasi Ilmuwan Amerika, hingga Maret 2024, AS diperkirakan memiliki 5.044 hulu ledak nuklir, sementara Rusia memiliki sekitar 5.580. Jika digabungkan, kedua negara memiliki sekitar 88% dari total inventaris senjata nuklir dunia.
Latihan yang diadakan Rusia sendiri terjadi saat negara itu panas dengan Washington. Pasalnya, AS terus menerus memberikan bantuan persenjataan bagi Ukraina sejak perang dimulai, yang nilainya ditaksir mencapai US$ 53,7 miliar (Rp 875 triliun).
Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri pernah menyuarakan kemungkinan negaranya menggunakan senjata nuklir. Ini terjadi, apalagi, saat AS dilaporkan meletakan sejumlah senjata berbahaya itu di Eropa.
"Penggunaan itu dimungkinkan dalam kasus luar biasa. Jika terjadi ancaman terhadap kedaulatan dan integritas teritorial negara. Saya rasa kasus seperti itu belum pernah terjadi. Tidak perlu seperti itu," ujarnya.
Sementara itu, AS sendiri sedang memasuki masa kampanye pemilihan presiden. Rival petahana Joe Biden, Donald Trump, mengatakan dirinya akan menyelesaikan konflik di Ukraina dalam waktu satu hari jika terpilih sebagai presiden.
Biden, yang telah berusia 81 tahun, telah memutuskan untuk kembali tidak ikut pemilihan November mendatang, dan mendorong wakilnya, Kamala Harris, untuk menjadi calon presiden. Sejak itu, para propagandis Rusia telah memfokuskan serangannya pada Harris.
"Kamala dengan tombol nuklir lebih buruk daripada monyet dengan granat," kata Andrei Sidorov, dekan departemen politik global di Universitas Negeri Moskow.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PD 3 Tinggal 'Sejengkal', AS Temukan Senjata Tak Terkalahkan Putin
