
Barang Murah China Ramai-Ramai Serbu RI, Warning bagi Produk Lokal

Jakarta, CNBC Indonesia - Produk manufaktur China terus menggempur pasar domestik RI. Belakangan yang mencuat diantaranya tekstil hingga keramik.
Ada kekhawatiran industri RI tidak sanggup dengan gempuran tersebut dan akhirnya keok. Apalagi impor barang murah dari China sudah lama terjadi dan China terus melakukan inovasi dan penetrasi pasar Indonesia melalui penguatan efisiensi dan skala ekonomi, sehingga biaya rata rata yang rendah menyebabkan komoditi mereka semakin kompetitif.
"Perubahan selera pasar yang cepat serta potensi pasar di masa mendatang bisa diadaptasi dengan baik oleh manufaktur China dan didukung oleh infrastruktur yang baik dan kemudahan investasi. Jika kondisi ini berlangsung terus maka lambat laun akan mematikan industri dalam negeri. Industri dalam negeri perlu lebih baik beradaptasi dengan tren permintaan pasar dan regulasi pemerintah perlu menjaga industri dalam negeri dari serangan impor ini," kata Ekonom Universitas Brawijaya Wildan Syafitri, Jumat (26/7/2024).
Di sisi lain, pemerintah sangat berperan dalam menjaga industri agar tetap bertahan, termasuk dalam mengeluarkan regulasi yang dapat menekan maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga membuat tenaga kerja di industri manufaktur terus bisa bekerja.
![]() Barang-barang impor dari China dengan harga murah meriah di Pasar Asemka, Jakarta, Rabu (14/6/2023). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky) |
"Kementerian Perdagangan perlu meningkatkan standarisasi produk impor untuk mencegah meningkatnya impor komoditi. Sementara Kementerian Keuangan harus melakukan kontrol pada bea masuk pada komoditi tertentu, mengurangi fasilitas kredit impor, serta tak lupa meningkatkan fasilitasi finansial untuk eksportir," ujar Wildan.
Regulasi yang tepat dapat membuat industri tetap bertahan. Apalagi dibanding negara lain, RI menjadi salah satu yang bisa bertahan pasca pandemi. Dalam lima tahun terakhir data manufacturing value added (MVA) Indonesia yang dirilis World Bank menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Data terbaru kinerja sektor industri manufaktur juga menunjukkan sektor industri pengolahan nonmigas pada triwulan I tahun 2024 menjadi penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) nasional terbesar, yaitu 17,47% dengan pertumbuhannya sebesar 4,64 persen dan memberikan penerimaan pajak terbesar hingga 26,9%.
Di sisi ekspor, nilai pengiriman produk industri pengolahan nonmigas pada semester I tahun 2024 mencapai 91,65 miliar dolar AS atau setara 73,27% dari total ekspor nasional, dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 18,82 juta orang. Selain itu, realisasi investasi sektor industri manufaktur pada periode yang sama mencapai 38,73%, dengan nilai Rp155,5 triliun.
"Performa ini didorong selain karena Indonesia bisa memanfaatkan krisis supply chain akibat perang Rusia-Ukraina juga karena peran dari pembangunan infrastruktur, investasi serta peningkatan kemampuan SDM," ujar Wildan.
(fys/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Siap-Siap Dihajar Barang China, Harga Baju Dibanting Super Murah