Pantas BBM Solar Laku Keras, Subsidinya Jor-joran!

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Kamis, 25/07/2024 19:10 WIB
Foto: Jelang Idul Adha 2024, PT Pertamina Patra Niaga Siap Tambah Pasokan BBM Solar dan LPG. (Dok. PT Pertamina Patra Niaga)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Patra Niaga mencatat penjualan terhadap produk BBM jenis Solar, Bensin dan LPG, saat ini masih didominasi oleh produk-produk Public Service Obligation (PSO) atau subsidi. Bahkan, penjualan produk Solar PSO sendiri berkontribusi sebesar 95% dari total produk diesel/Solar.

Direktur Pemasaran Regional PT Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra memaparkan hingga Juni 2024, realisasi penjualan untuk produk BBM jenis bensin tercatat mencapai 17,6 juta kilo liter (kl), dengan proporsi terbesar pada produk Pertalite sebesar 84%.

Sementara untuk Solar, tercatat mencapai 8,3 juta kl dengan proporsi terbesar pada produk Solar PSO yang mencapai 95%. Sedangkan untuk LPG tercatat mencapai 4,3 juta metrik ton, dengan proporsi terbesar dari penjualan LPG PSO 3 kg sebesar 93%.


"Demand ini terbentuk atas segmen-segmen siapa saja yang berhak mendapatkan subsidi. Nah, sepanjang demand ini atau segmentasinya ini tidak ada intervensi, ya berarti demand ini akan terus tumbuh. Itulah yang menyebabkan volume tumbuh terus," kata dia dalam acara Coffee Morning CNBC Indonesia, dikutip Kamis (25/7/2024).

Besarnya konsumsi BBM dan LPG bersubsidi di masyarakat tak terlepas dari harga jualnya yang murah, lebih rendah daripada harga keekonomiannya. Terutama Solar subsidi. Harga jual BBM Solar subsidi saat ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga keekonomiannya.

Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan bahwa harga BBM Solar subsidi saat ini masih dibanderol sebesar Rp 6.800 per liter. Sementara harga BBM Solar non subsidi seperti Dexlite harganya telah tembus sebesar Rp 14.550 per liter.

"Jadi subsidi Solar itu tidak sampai terhadap angka keekonomiannya Solar. Subsidinya kan hanya Rp 1.000/liter sekarang Rp 6.800/liter. Kan harga Solar bukan Rp 7.800/liter. Lihat aja misalkan Dexlite lain, itu kan angkanya di Rp 13-14 ribu per liter. Nah sisanya itulah yang disebut kompensasi," kata dia.

Pengusaha Minta Subsidi Solar Dihapus!

Di sisi lain, Wakil Ketua Umum Bidang Asosiasi dan Himpunan Kadin Indonesia, Wisnu W. Pettalolo mengusulkan agar Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar subsidi dihapuskan. Pasalnya, para pelaku usaha logistik selama ini mengaku kesulitan mendapatkan BBM jenis itu.

Wisnu mengatakan, para pelaku usaha logistik di Indonesia mengeluhkan ketersediaan pasokan solar subsidi untuk angkutan barang. Kondisi ini lantas membuat kinerja layanan logistik dan transportasi menjadi tersendat.

Sebab, para pelaku usaha memerlukan waktu cukup panjang untuk mengantri mendapatkan solar subsidi bagi armadanya. Di sisi lain, mereka juga mendapati para customer yang mengkomplain karena pengiriman yang tertunda.

"Subsidi itu hitungannya menambah margin tapi kami itu hilang waktu, mana kami punya customer menunggu kenapa truk gak sampai," kata dia dalam acara Coffee Morning CNBC Indonesia.

Oleh sebab itu, pihaknya mengusulkan agar BBM solar subsidi untuk angkutan barang dihapuskan. Bahkan pihaknya juga telah melakukan pilot project agar para pelaku usaha logistik tidak lagi menenggak BBM bersubsidi.

"Kami juga sudah lakukan pilot project ke anggota kami kau kalau susah jangan kau cari solar subsidi daripada kau kehilangan kontrak," katanya.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: 1 Agustus, Harga Pertamax Cs Turun Rp 200 Per Liter