
Asing Sudah Beri Warning! 115 Juta Kelas Menengah RI Rawan Miskin

Jakarta, CNBC Indonesia - Kelas menengah di Indonesia kini turun kelas, membuat jumlahnya kian menyusut. Padahal, sudah jauh-jauh hari Bank Dunia atau World Bank mengingatkan pemerintah kelas menengah rentan miskin di Indonesia jumlahnya sebanyak 115 juta.
Dalam laporan berjudul "Aspiring Indonesia - Expanding the Middle Class", Bank Dunia menekankan kelas menengah adalah sumber dari hampir setengah total pengeluaran rumah tangga di Indonesia. Maka, sebetulnya jika daya beli mereka dijaga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih cepat, dari yang 10 tahun terakhir stagnan di level 5%.
"Dengan kebijakan yang tepat untuk memperluas kelas menengah dapat membuka potensi pembangunan Indonesia dan mendorong Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi," kata Rolande Pryce yang saat itu masih menjabat sebagai World Bank Acting Country Director untuk Indonesia, dikutip Kamis (24/7/2024).
Bank Dunia mencatat, 45% penduduk Indonesia atau setara 115 juta orang pada 2020 merupakan kelas menengah rentan atau aspiring middle class (AMC). Mereka adalah kelompok miskin yang berhasil naik kelas, namun masih rentan miskin jika tidak diurus pemerintah melalui kebijakan yang tepat dalam menjaga daya belinya.
"Bagi kelompok tersebut, kemungkinan naik ke status ekonomi yang lebih tinggi sama besarnya dengan kemungkinan turun ke bawah. Sehingga, mengadopsi kebijakan yang tepat untuk memperluas pergerakan mereka ke atas adalah bagian penting dalam pembangunan Indonesia," tulis Bank Dunia dalam laporannya yang terbit pada 2020 silam itu.
Kala itu, Bank Dunia menyarankan pemerintah untuk mendukung ratusan juta orang yang memiliki aspirasi untuk menjadi bagian dari kelas menengah melalui penciptaan lebih banyak pekerjaan dengan upah yang lebih baik, didukung oleh sistem yang kuat untuk menyediakan pendidikan yang berkualitas dan jaminan kesehatan universal.
Hal ini akan memerlukan perbaikan lingkungan usaha dan investasi pada infrastruktur. Selain itu, yang juga diperlukan adalah perluasan akses jaminan sosial untuk perlindungan dari risiko kesehatan dan ketenagakerjaan yang mengikis keuntungan ekonomi dan peluang mobilitas ke atas bagi ratusan juta AMC itu.
Sayangnya, Ekonom senior yang juga merupakan mantan Menteri Keuangan era 2013-2014 Chatib Basri mencatat jumlah kelas menengah di Indonesia sudah terus merosot sejak 2019.
Menggunakan acuan data Bank Dunia, Chatib mengungkapkan pada 2018 kelas menengah sebesar 23% dari jumlah penduduk, sedangkan 2019 tersisa 21% seiring membengkaknya kelompok kelas menengah rentan atau aspiring middle class (AMC) dari 47% menjadi 48%.
"Kecenderungan ini terus terjadi. Tahun 2023, kelas menengah turun menjadi 17%, AMC naik menjadi 49%, kelompok rentan meningkat menjadi 23%. Artinya sejak 2019, sebagian dari kelas menengah turun kelas menjadi AMC dan AMC turun menjadi kelompok rentan," tegas Chatib.
Dengan garis kemiskinan tahun 2024 sekitar Rp 550.000, Chatib mengatakan, mereka dengan pengeluaran Rp 1,9 juta-Rp 9,3 juta per bulan masuk kategori kelas menengah.
Sementara itu, AMC adalah kelompok pengeluaran 1,5-3,5 kali di atas garis kemiskinan atau Rp 825.000-Rp 1,9 juta. Adapun rentan miskin, kelompok pengeluaran 1-1,5 kali di atas garis kemiskinan atau Rp 550.000-Rp 825.000 per bulan.
(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ketimpangan Melebar Bikin Kelas Menengah Terpuruk, RI Dalam Bahaya?