Perang Nuklir Pecah di Asia? AS & Jepang Beri Tanda Siaga
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri luar negeri (menlu) dan menteri pertahanan (menhan) dari Jepang dan Amerika Serikat (AS) akan menggelar pembicaraan terkait keamanan tingkat tinggi, Juli mendatang.
Melansir Reuters, kedua pihak untuk pertama kalinya akan membahas "pencegahan yang diperluas", istilah yang digunakan untuk menggambarkan komitmen AS untuk menggunakan kekuatan nuklirnya guna mencegah serangan terhadap sekutu.
Meskipun keduanya telah membahas masalah ini di tingkat yang lebih rendah sebelumnya, pembicaraan baru tersebut akan mengangkat lagi soal nuklir yang sensitif di Jepang.
Jepang sendiri telah mendorong nonproliferasi (pembatasan) senjata nuklir dan merupakan satu-satunya negara yang mengalami serangan bom atom, merujuk perang dunia 2 (PD 2).
"Menghadapi ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya di kawasan tersebut, Amerika Serikat dan Jepang akan menunjukkan dengan cara yang bertanggung jawab bagaimana kami akan berdiri dan memastikan tidak hanya pertahanan Jepang tetapi juga kontribusi kami terhadap keamanan regional," kata Asisten Menlu AS untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik Daniel Kritenbrink menjelang pembicaraan yang akan berlangsung di Jepang, dikutip Rabu (24/7/2024).
"Komitmen perjanjian keamanan kami kepada sekutu Jepang kami sangat kuat dan kami berkomitmen untuk menggunakan segala cara yang dimiliki Amerika, termasuk nuklir, untuk memastikan bahwa kami memenuhi komitmen tersebut," tambahnya.
Menlu AS Antony Blinken juga akan mengadakan pertemuan bilateral dengan mitranya dari Jepang selama kunjungan tersebut. Ini dilakukan sebagai bagian dari perjalanan pan-Asia untuk meyakinkan sekutu tentang dukungan AS di tengah pemilihan presiden November, yang enimbulkan ketidakpastian atas kebijakan luar negeri Washington.
Hal sama juga dilakukan Menhan AS Lloyd Austin. Ia pun akan mengadakan pembicaraan tiga arah dengan Jepang dan juga Korea Selatan (Korsel).
Perlu diketahui, pembicaraan keamanan AS dengan Jepang juga akan mencakup upaya untuk memperdalam kerja sama antara industri pertahanan dan meningkatkan struktur komando untuk meningkatkan koordinasi antar militer. Ini terjadi saat AS mempertimbangkan potensi perombakan terbesar dari struktur komando militer Asia Timur-nya dalam beberapa dekade karena Jepang berencana untuk mendirikan markas besar gabungan baru Maret mendatang.
Jepang selama ini menyediakan pangkalan bagi AS untuk memproyeksikan kekuatan militernya di Asia. Di mana pangkalan itu menampung 54.000 tentara Amerika, ratusan pesawatnya, dan kelompok kapal induk.
Buku Putih Jepang
Sementara itu, sebelumnya, Jepang menerbitkan buku putih akhir pekan lalu. Dikatakan bagaimana tiga pihak membuat tegang wilayah itu yakni China, Rusia dan Korea Utara (Korut).
"Keprihatinan besar," muat buku yang diterbitkan Kementerian Pertahanan itu, dikutip dimuat AFP.
China dan Rusia dikatakan terus melakukan "serangan gabungan" yang berulang kali. Kapal-kapal kedua negara berada di sekitar Jepang dengan jelas dan dimaksudkan sebagai unjuk kekuatan melawan Negeri Matahari.
"Ini merupakan kekhawatiran besar dari sudut pandang keamanan nasional," kata buku itu dimuat laman tersebut.
Di sisi lain, Korut, sering melakukan uji coba rudal ke arah Jepang. Ini menimbulkan ancaman yang lebih serius dan lebih besar terhadap keamanan nasional Jepang dibandingkan sebelumnya.
"Komunitas internasional sedang menghadapi cobaan terbesar sejak Perang Dunia II dan persaingan antar negara, terutama antara AS dan China, dan persaingan ini akan semakin meningkat," kata buku putih tersebut.
(sef/sef)