Tak Terbantahkan! Warga RI Paling Doyan Minum BBM Subsidi, Ini Datanya

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Rabu, 24/07/2024 15:40 WIB
Foto: Sejumlah kendaraan antre untuk mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi di SPBU kawasan Jakarta, Rabu (1/3/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Patra Niaga mencatat penjualan terhadap produk BBM jenis Solar, Bensin dan LPG, saat ini masih didominasi oleh produk-produk Public Service Obligation atau (PSO). Bahkan penjualan produk PSO berkontribusi lebih dari 84%.

Direktur Pemasaran Regional PT Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra memaparkan hingga Juni 2024, realisasi penjualan untuk produk BBM jenis bensin tercatat mencapai 17,6 juta kilo liter (KL) dengan proporsi terbesar pada produk Pertalite sebesar 84%.

Sementara, untuk Solar tercatat mencapai 8,3 juta KL dengan proporsi terbesar pada produk Solar PSO yang mencapai 95%. Kemudian untuk LPG tercatat mencapai 4,3 juta metrik ton dengan proporsi terbesar dari penjualan LPG PSO 3 Kg sebesar 93%.


"Demand ini terbentuk atas segmen-segmen siapa saja yang berhak mendapatkan subsidi. Nah, sepanjang demand ini atau segmentasinya ini tidak ada intervensi, ya berarti demand ini akan terus tumbuh. Itulah yang menyebabkan volume tumbuh terus," kata dia dalam acara Coffee Morning CNBC Indonesia, Rabu (24/7/2024).

Oleh sebab itu, saat ini pemerintah tengah merumuskan payung hukum yang akan mengatur mengenai pembatasan pembelian BBM bersubsidi dan gas LPG 3 kg. Hal ini dilakukan agar penyaluran untuk BBM maupun LPG bersubsidi dapat lebih tepat sasaran.

Misalnya, untuk LPG 3 kg yakni melalui revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 104 Tahun 2007 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga LPG Tabung Gas 3 kg. Sedangkan untuk BBM jenis Pertalite melalui revisi Peraturan Presiden Nomor 191 tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.

"Bisa kita bayangkan berarti segmentasi itu tumbuh dari 2007 untuk LPG. Dan untuk BBM, segmen tersebut pasti tumbuh dari 2014 sampai dengan saat ini. Kecuali ada intervensi atas demand tersebut, atas segmentasi. Intervensinya dengan apa? Dengan regulasi. Nah, sembari kita menunggu itu, kami mencoba mengatur ini dengan teknologi," kata dia.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Hanif Faisol: Jabodetabek Harus Pakai BBM Standar Euro IV