
Kenapa AS & Israel Begitu Dekat? Ternyata Ini Alasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu akan bertemu Wakil Presiden AS, Kamala Harris, di Gedung Putih dalam waktu dekat.
Interaksi ini menjadi sorotan sebab terjadi di tengah meningkatnya eskalasi invasi Israel atas Palestina dan hiruk-pikuk Pilpres AS 2024. Terlebih, Kamala Harris baru saja menggantikan posisi Joe Biden sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat.
Pertemuan kedua elit juga menjadi tanda kedekatan AS-Israel yang sudah terjalin mapan.
Di masa lampau, atau saat Israel berdiri pada 1948, AS memang sudah condong mendukung negara Yahudi itu. Dukungan AS memang sangat terkait dengan kondisi dunia saat Perang Dingin (1947-1991).
Bagi AS, dari segi ekonomi, Timur Tengah adalah wilayah potensial sebab kaya minyak bumi. Lalu dari segi politik, dia juga perlu mencari cara mempertahankan ideologinya bertarung melawan komunisme.
Maka, untuk mengamankan posisi baik secara politik atau ekonomi, Israel kemudian dipilih sebagai anak kesayangan AS di tengah lautan negara-negara Islam.
Kendati bernuansa politik, situasi di dalam negeri juga bisa mengungkap mengapa AS selalu mendukung posisi Israel. Tentu saja, merujuk paparan Zack Beauchamp di Vox, kedekatan keduanya di masa kini tak terlepas dari adanya nilai-nilai kebersamaan.
Nilai-nilai kebersamaan itu bukan lagi persoalan strategi kebijakan luar negeri. Namun, juga ajang popularitas politik dalam negeri karena berkaitan dengan emosional keturunan Yahudi-Amerika.
Pada 2020 lalu lembaga penelitian Pew Research Center memublikasikan riset "U.S. Jews' connections with and attitudes toward Israel" yang memaparkan koneksi emosional antara kedua negara.
Hasilnya menunjukkan bahwa 6 dari 10 orang Yahudi-AS mengaku sangat terikat secara emosional dengan Israel. Dari populasi Yahudi-AS tersebut diketahui pula 54% di antaranya mendukung kedekatan pemerintah AS dengan Israel. Mereka menganggap kedekatan tersebut menjadi langkah yang tepat.
Beranjak dari fakta demikian, ditambah populasi Yahudi di AS mencapai 7,5 juta jiwa (2,4% dari total penduduk), para elit politik di AS melihat mereka sebagai ceruk suara potensial. Mereka menjadi konstituen utama dalam kancah politik AS, baik itu oleh Partai Republik atau Partai Demokrat.
Bisa dikatakan, dukungan terhadap Israel menjadi cara pejabat Washington mengamankan posisi politik mereka di dalam negeri. Suara kaum Yahudi adalah ceruk potensial yang bisa menjadi mesin pendulang suara saat pemilu.
Salah satu "mesin" politik bangsa Yahudi adalah American Israel Public Affaris Commiter (AIPAC), organisasi kelompok lobi yang mengadvokasi kebijakan pro-Israel ke legislatif dan eksekutif Paman Sam. The New Yorker bahkan menyebut organisasi ini sebagai kelompok lobi terkuat di AS.
Dalam laporan The Guardian, mereka seringkali berupaya melobi pemerintah agar upaya advokasi kepada Palestina dihilangkan. Tak jarang, karena besarnya sumber daya keuangan dan kekuatan, lobi-lobi tersebut membuahkan hasil yang sejalan dengan strategi besar AS di Timur Tengah.
(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Berbalik Arah, Kamala Harris "Serang" Israel soal Gaza