
Biden Mundur dari Pilpres AS, Investor AS Buka Suara

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden petahana Amerika Serikat (AS), Joe Biden, memutuskan untuk mundur dari kampanye pencalonannya untuk periode kedua. Hal ini diungkapkannya dalam sebuah surat yang diunggal di akun Instagram dan X pribadinya, Minggu (21/7/2024).
Dalam suratnya, Biden menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Wakil Presiden Kamala Harris dan semua pendukung yang telah bekerja keras untuk kampanye pemilihannya. Ia juga menyatakan keyakinannya bahwa Amerika akan terus maju dan menghadapi tantangan dengan persatuan dan kerja sama.
"Meskipun merupakan niat saya untuk mencalonkan kembali, saya percaya adalah yang terbaik bagi partai saya dan negara ini jika saya mundur dan fokus sepenuhnya pada menjalankan tugas saya sebagai Presiden untuk sisa masa jabatan saya," tulis Biden dalam suratnya pada Minggu (21/7/2024) waktu setempat.
Wakil Presiden Kamala Harris dipandang sebagai yang terdepan untuk melanjutkan kampanye kepresidenan Partai Demokrat. Partai itu sendiri akan mengumumkan calon baru pada konvensi mereka di Chicago pada 19-22 Agustus.
Mundurnya Biden dari kontestasi pencalonan telah membuat sejumlah investor buka suara. Ekonom bank Swiss UBS menyebut bila Harris dicalonkan, maka pelaku pasar akan melihat keberlanjutan dari program Biden.
"Kami tidak memperkirakan adanya perubahan besar dalam prioritas kebijakan dari salah satu pesaing utama Partai Demokrat mengenai isu-isu yang menjadi perhatian investor AS. Kesinambungannya akan terlihat jelas jika Harris menjadi calon," ujar laporan bank itu dikutip Business Today.
UBS mengatakan dukungan Biden terhadap Kamala Harris membuatnya memiliki posisi yang baik untuk mendapatkan nominasi. Namun Harris masih harus meyakinkan para delegasi konvensi bahwa ia merupakan orang yang paling tepat untuk mengalahkan calon dari Partai Republik pada bulan November.
"Kami mengharapkan dia untuk menekankan kesinambungan platform Biden, pengabdiannya sebagai wakil presiden, dan kemampuannya untuk menarik perhatian perempuan, pemilih muda, dan pemilih kulit berwarna."
Lebih lanjut, UBS menjelaskan bahwa bila Harris menang, Pemerintahan Demokrat kemungkinan akan terus mendukung inisiatif yang menguntungkan energi hijau, efisiensi, dan pembuat kendaraan listrik.
Di sisi lain, bila rival dari partai Republik, Donald Trump menang, Gedung Putih kemungkinan akan meningkatkan ekspektasi pasar terhadap pemotongan pajak dan peraturan bisnis yang lebih ringan, sekaligus menambah kekhawatiran mengenai tarif perdagangan yang lebih tinggi.
"Investor harus ingat bahwa hasil politik AS masih jauh dari harapan pendorong terbesar keuntungan pasar keuangan, atau bahkan kinerja sektor. Data ekonomi dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed tetap sama pentingnya," tambahnya.
"Selain itu, banyak hal yang masih bisa berubah menjelang pemungutan suara bulan November dan sejumlah hasil masih mungkin terjadi."
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemilu AS Panas, Biden Buka Suara Trump Divonis Bersalah Pengadilan
