
Waduh! Pekerja WNI di Inggris Bayar Puluhan Juta, Berakhir Dipecat

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekerja asal Indonesia, yang bekerja di pertanian Inggris dengan memetik buah, dipecat dalam hitungan minggu akibat tidak memetik buah dengan cukup cepat. Mereka dipecat meski sudah membayar ribuan poundsterling untuk bekerja di sana.
Haygrove, pertanian di Hereford yang memasok buah lunak ke supermarket Inggris, memberi pekerja asal Indonesia dan empat pekerja lainnya surat peringatan tentang kecepatan memetik sebelum memecat mereka antara lima dan enam minggu setelah mereka mulai bekerja.
Mereka dipesankan penerbangan pulang ke negara masing-masing oleh perekrut mereka keesokan harinya.
Beverly Dixon, direktur pelaksana pertanian di Haygrove, mengatakan bahwa pertanian tersebut secara konsisten harus membayar upah para pekerja karena kinerja yang buruk dan telah mendukung mereka untuk mencoba meningkatkan kinerja.
"Target ditetapkan berdasarkan standar yang dapat dicapai dengan mayoritas pemetik terkadang mencapai lebih dari dua kali lipat kecepatan tersebut," katanya, seperti dikutip The Guardian, Senin (22/7/2024).
Para pekerja sendiri memiliki target memetik 20 kg ceri per jam di pertanian Ledbury. "Sangat sulit untuk memenuhi target karena buah yang dihasilkan semakin sedikit dari hari ke hari," kata seorang pemetik buah yang dipecat.
Kelima pekerja tersebut baru tiba di Inggris pada pertengahan Mei 2024 dan semuanya diberhentikan dari Haygrove pada tanggal 24 Juni 2024. Mereka dipecat setelah memperoleh antara 2.555 poundsterling (Rp53.5 juta) dan 3.874 poundsterling (Rp81.2 juta).
Pembayaran Ilegal
Diketahui pekerja asal Indonesia telah menjual tanah keluarganya, serta sepeda motor miliknya dan orang tuanya, untuk menutupi biaya lebih dari 2.000 poundsterling atau sekitar Rp41,9 juta untuk datang ke Inggris pada Mei lalu.
Di Indonesia, pekerja tersebut memperoleh sekitar 1.000 poundsterling sebulan dengan menjual makanan dan mengatakan orang tuanya "sangat kecewa" karena ia telah menjual segalanya untuk mendapatkan kesempatan membantu keluarganya.
"Saya merasa bingung dan marah tentang situasi ini. Saya tidak punya pekerjaan di Indonesia [dan] saya telah menghabiskan semua uang saya untuk datang ke Inggris," katanya.
Ia mengatakan bahwa ia meminjam uang dari "bank, teman, dan keluarga" dan bahwa ia masih memiliki utang lebih dari 1.100 poundsterling.
"Mengapa saya berakhir seperti ini? Sekarang saya di Indonesia tanpa pekerjaan... Ini tidak adil bagi saya karena saya telah berkorban begitu banyak," katanya lagi.
Penyelidikan dan Investigasi Inggris
Pengawas eksploitasi tenaga kerja Inggris pun menyelidiki tuduhan bahwa ia adalah salah satu dari beberapa pekerja yang ditagih biaya ilegal hingga 1.100 poundsterling oleh sebuah organisasi Indonesia, yang mengklaim bahwa hal itu akan membawa mereka ke Inggris lebih cepat.
Dugaan biaya ilegal yang dibayarkan di Indonesia menimbulkan pertanyaan tentang risiko eksploitasi dalam skema pekerja musiman, yang memungkinkan pekerja dari negara asing mendapatkan visa enam bulan untuk bekerja di pertanian tetapi membuat mereka menanggung semua risiko finansial di sana.
Investigasi Gangmasters and Labour Abuse Authority (GLAA) itu telah dibuka bulan lalu. Investigasi tersebut dipahami difokuskan pada tuduhan atas penagihan biaya ilegal di Indonesia.
Dixon mengatakan Haygrove "sangat prihatin" mendengar tentang "dugaan tantangan keuangan yang dihadapi oleh para pekerja Indonesia, terutama jika satu atau lebih membayar perekrut ilegal di Indonesia" dan pertanian tersebut sepenuhnya mendukung investigasi GLAA.
The Guardian mengungkapkan bahwa orang Indonesia datang ke Inggris dengan utang hingga 5.000 poundsterling kepada broker asing tanpa izin pada 2022. Utang tersebut berasal dari pihak ketiga, dan AG, agen Inggris yang secara resmi merekrut mereka, kehilangan lisensinya sebagai sponsor pekerja musiman.
Sejak saat itu, Indonesia dianggap sebagai negara yang berisiko untuk perekrutan, tetapi rute tersebut dibuka kembali tahun ini oleh perekrut baru Inggris, Agri-HR. Perusahaan ini bekerja sama dengan agen Indonesia PT Mardel Anugerah, yang juga mendapatkan lisensi untuk merekrut ke Inggris, dan didukung oleh kedutaan besar Indonesia.
"Mendengar tuduhan ini, Agri-HR segera menghubungi GLAA dengan permintaan untuk menyelidiki klaim ini. GLAA mewawancarai beberapa pekerja pada hari yang sama dan melanjutkan penyelidikan mereka dan wawancara pekerja lebih lanjut telah dilakukan dan dijadwalkan," kata Agri-HR.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina, Pelajar RI Aman?