Bos SKK Migas: Orang Mulai Bisik-Bisik Oil and Gas is Sunset Industry

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
16 July 2024 18:20
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto. (Dok. SKK Migas)
Foto: Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto. (Dok. SKK Migas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto mengungkapkan bahwa dirinya tidak percaya industri hulu migas akan surut. Walaupun saat ini dunia sedang beralih menuju sumber energi yang lebih bersih termasuk menggunakan energi baru dan energi terbarukan (EBET).

Dwi menampik 'bisik-bisik' dunia yang menilai industri hulu migas akan segera terbenam atau memasuki fase sunset. Dia mengungkapkan industri hulu migas tidak melulu hanya tentang produksi minyak dan gas bumi. Dwi mengatakan bahwa industri migas juga dibutuhkan dalam industri lainnya seperti industri petrokimia.

"Karena selama ini orang mulai berbisik-bisik bahwa oil and gas is sunset industry. Oil and gas is sunset industry. Why people say like that? Because the new energy, renewable energy come. Tetapi itu semua kan hanya bicara energi. Sedangkan oil and gas is not only for energy but also for petrochemicals. So, I do believe that there will be no sunset for the oil and gas industry," tegasnya dalam acara Peringatan 22 Tahun Hulu Migas, disiarkan daring, Selasa (16/7/2024).

Lebih lanjut, Dwi juga mengungkapkan bahwa selama 22 tahun pengelolaan industri hulu migas di Indonesia, pendapatan negara dari industri tersebut sudah mencapai lebih dari Rp 5.000 triliun.

Bahkan, Dwi membeberkan pada tahun 2023 lalu, industri hulu migas mampu menyumbang pendapatan negara hingga Rp 219 triliun terhadap penerimaan negara. Sedangkan hingga semester I-2024 ini, penerimaan negara dari sektor hulu migas sudah menyentuh Rp 114 triliun.

Walau begitu, Dwi juga mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah tantangan besar dalam menemukan cadangan minyak di dalam negeri saat ini. Hal itu dinilai membuat rencana yang termaktub dalam Long Term Plan (LTP) sulit untuk dijalankan.

"Mungkin insentifnya harus lebih besar kalau temuannya itu minyak. Barangkali, ini mesti dipikirkan kita di SKK Migas," tambahnya.

Ditambah, kata Dwi, masih ada sederet tantangan yang menghantui pengembangan sumber daya minyak bumi. Hal tersebut yang menjadi penyebab target RI untuk memproduksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) masih jauh untuk dicapai.

"Kita belum melihat cahaya yang cukup terang untuk bisa mencapai 1 juta (barel) dari RRR karena itu hanya 85% dari recovery yang kita temukan," imbuhnya.

Dengan begitu, industri hulu migas perlu terus didorong agar bisa menumbuhkan produksi migas dalam negeri.

"Ini spirit harus kita tumbuhkan. Forward untuk mencapai support dari lembaga-lembaga dan masyarakat tentang industri oil and gas ini," tandasnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada 138 Proyek Hulu Migas Hingga 2029, Butuh Investasi Rp543 Triliun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular