
IFG Ungkap Tren Terkini Industri Asuransi Jiwa Hingga Kesehatan

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Bisnis Indonesia Financial Group (IFG) Pantro Pander Silitonga mengungkapkan penetrasi asuransi di Indonesia masih relatif lebih rendah dibandingkan negara lain di ASEAN. Pertumbuhan ini menurutnya tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi tahunan yang mencapai sekitar 5%
"Banyak yang prediksi akan bertumbuh pesat karena negara kita relative masih tumbuh sehat, GDP kita di 5%. Cuma kalau dilihat lebih spesifik di asuransi jiwa, trennya belum menujukan ke sana," ungkap Pantro dalam CNBC Indonesia Insurance Forum 2024, Selasa (16/7/2024).
Dia mengungkapkan pertumbuhan asuransi jiwa dari 2022 ke 2023 mengalami penurunan, yang tercermin dari premi yang terkontraksi 7,7%.
Sementara itu asuransi umum menurutnya tumbuh lebih sehat di atas 14% dengan pertumbuhan premi yang cukup baik. Sayangnya, industri asuransi kesehatan juga waspada karena pertubuhan klaim lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan premi.
"Dari 2020 ke 2023, masa pandemi dimulai. selama rentang waktu 3 tahun itu ada kenaikan klaim sekitar 22%, sementara kenaikan premi hanya sekitar 3,01%. Artinya klaim naik lebih tinggi dibandingkan premi. Kalau berkelanjutan tentunya menjadi tidak sustainable bagi perusahaan asuransi yang bergerak di bidang asuransi kesehatan," ujar
Dia mengungkapkan inflasi medis naik jauh lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi inti. Dalam beberapa tahun terakhir inflasi medis mencapai 10-14%, sementara core inflasi di kisaran 3%. Artinya inflasi medis jauh lebih tinggi setiap tahunnya.
"Tren yang kita lihat saat ini di asuransi jiwa justru mengalami penurunan, di asuransi kesehatan ada kenaikan premi tetapi kenaikan klaim justru lebih tinggi dan ini kalau terus menerus seperti ini akan membuat perusahaan asuransi yang bergerak di bidang kesehatan tidak sustainable," tegasnya.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jumlah Peserta BPJS Kesehatan Tumbuh 100% Lebih dalam 1 Dekade