Produksi Minyak RI Terus Merosot, Sosok Ini Ungkap Alasannya
Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi minyak mentah Indonesia tercatat secara rata-rata terus mengalami penurunan. Padahal Indonesia, menurut data BP Statistical Review, pernah mengalami masa kejayaan produksi minyak di tahun 1991 silam yang menyentuh angka 1,669 juta barel per hari (bph).
Bahkan untuk tahun 2024 ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan produksi minyak di Indonesia diturunkan menjadi 635 ribu bph. Hal itu diikuti pula dengan target produksi yang tidak tercapai pada tahun 2023 lalu yang mana realisasinya sebesar 605,5 ribu bph dari target 660 ribu bph.
Lantas, apa penyebab dari terus menurunnya produksi minyak mentah RI?
Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) menyebutkan salah satu alasan dari terus menurunnya produksi minyak dalam negeri adalah karena tidak adanya penemuan lapangan minyak 'jumbo' baru di dalam negeri.
Hal itu seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Aspermigas Elan Biantoro. Dia bilang, alasan lain dari terus menurunnya produksi minyak dalam negeri juga dikarenakan tidak optimalnya pengelolaan lapangan minyak yang sudah ada dan yang baru ditemukan.
"Penurunan produksi yang selama ini terjadi akibat tidak adanya penemuan lapangan besar yang baru. Ada juga pengelolaan lapangan yang tidak efektif dan efisien," jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Selasa (16/7/2024).
Selain itu, lapangan minyak 'jumbo' yang pernah ditemukan beberapa tahun lalu, saat ini produksinya sudah menurun lantaran lapangan minyak tersebut sudah semakin tua.
"Ada Rokan, ada Mahakam yang masih bagus produksinya namun dulu pernah sampai ratusan ribu sampai jutaan barrel per hari yang di Rokan sana. Sekarang hanya tinggal kurang dari dua ratus ribu mungkin seratus tujuh puluh ribuan namun cukup besar. Ini masih bisa diangkat lagi dengan berbagai macam upaya sebetulnya," ujarnya.
Lebih lanjut Elan mengatakan bahkan ada penemuan lapangan dengan potensi minyak yang besar di Indonesia yang hingga sampai saat ini masih belum berproduksi.
"Ada lagi di Natuna, itu Masela dan Natuna memang lapangan gas. Namun di samping, kalau gas berproduksi ada produk ikutannya, ada minyaknya juga. Sehingga minyaknya pun ikut terangkat," tambahnya.
Oleh karena itu, kata Elan, Indonesia perlu mencari lagi lapangan-lapangan minyak baru dengan cadangan yang besar untuk bisa menggantikan lapangan minyak yang sudah tua dan mengalami penurunan produksi.
Asal tahu saja, bila dirunut ke belakang, produksi minyak nasional ini bahkan di bawah level produksi pada era tahun 1968-an. Saat ini, Kementerian ESDM mencatat produksi minyak mentah dalam negeri per 13 Juli 2024 mencapai 583 ribu bph.
Sedangkan, produksi minyak RI pada 1968, berdasarkan data BP Statistical Review, tercatat mencapai 599.000 bph, sebelum mengalami kenaikan terus-menerus yang mencapai masa puncak produksi pada 1977 sebesar 1.685.000 bph, lalu puncak produksi ke-2 sebesar 1.669.000 bph pada 1991, hingga kemudian terus mengalami penurunan secara bertahap.
Adapun sebelum 1968, produksi minyak RI masih berada di level 400 ribuan barel per hari. Berikut datanya:
1965: 486.000 bph
1966: 474.000 bph
1967: 510.000 bph
1968: 599.000 bph
1969: 642.000 bph
1970: 854.000 bph
(pgr/pgr)