Ada Fenomena Baru Ramai-Ramai Importir Keramik 'Ganti Baju'

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
16 July 2024 11:45
Keramik Impor (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Keramik Impor (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana pemerintah yang bakal menerapkan bea masuk anti dumping (BMAD) untuk produk keramik mendapat dukungan dari industri lokal. Saat ini ada tren perubahan para importir yang terbiasa hanya mengimpor keramik berubah menjadi produsen yakni memproduksi keramiknya di dalam negeri.

Adanya tarif BMAD akan mengenakan tarif impor tambahan sangat tinggi sehingga barang impor akan sulit bersaing di pasar domestik. Saat bersamaan produk keramik lokal diharapkan bisa bersaing.

"Terdapat fenomena para importir atau trader yang 'ganti baju' menjadi manufaktur atau pabrik. Trader yang sebelumnya hanya mengimpor kini berubah haluan jadi produsen," kata Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki), Selasa (16/7/2024).

Adanya pengenaan BMAD yang tinggi makin mendorong perubahan importir menjadi produsen, alhasil muncul investasi baru dan penyerapan tenaga kerja. Saat ini beberapa importir telah memulai pembangunan pabrik keramik jenis homogeneous tile (HT) dan diharapkan selesai di tahun 2025.

"Salah satu trader atau importir utama PT. Trust Trading akan segera melanjutkan pembangunan pabriknya di Kendal dengan kapasitas produksi 18 juta m2 /tahun dengan nilai investasi Rp 1,2 triliun menyerap 700 tenaga kerja, PT. RKI di Batang dengan kapasitas produksi 21,5 juta m2/tahun dengan nilai investasi Rp 1,5 triliun menyerap 1000 tenaga kerja dan PT. Superior di Subang dengan kapasitas produksi sekitar 22 juta m2/tahun," kata Edy.

Fenomena itu mendorong importir lain untuk segera menanamkan investasinya di Indonesia, terutama ketika pemerintah segera menerapkan BMAD pada keramik, ruang importir bakal semakin terhimpit karena bea masuk yang terlampau tinggi.

"Selain fenomena berubahnya importir menjadi produsen, terdapat juga investasi baru dari anggota-anggota Asaki atau para produsen existing yang diperkirakan akan selesai di semester kedua tahun 2025," kata Edy.

Ia menilai pemerintah maupun publik tidak perlu khawatir akan menipisnya stok keramik khusus seperti yang diungkapkan oleh para importir.

"Suara-suara sumbang bahwa akan ada kekurangan supply keramik pasca diberlakukan BMAD hanyalah isapan jempol belaka, yang ditiupkan oleh para importir atau trader kecil, sedangkan yang besar dan bonafid sudah menyiapkan investasi," kata Edy.

Dari kalangan importir, Ketua Umum Forum Supplier Bahan Bangunan Indonesia (FOSSBI) Antonius Tan mengklaim menilai tingginya BMAD bisa membuat suplai terhadap kebutuhan keramik dalam negeri menjadi terganggu.

"Kebutuhan terhadap keramik khusus seperti Ubin Porcelain sangat besar, dimana kapasitas produksi maksimum adalah kurang lebih 70 juta m2, sedangkan kebutuhan dalam negeri per tahun adalah 150 juta m2. Artinya terdapat selisih sebesar kurang lebih 80 Juta m2 yang dipenuhi melalui impor," klaim Anton.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Banjir' Keramik Impor China, RI Sebentar Lagi Punya Senjata Mematikan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular