Neraca Dagang RI Surplus 50 Bulan Bukan Kabar Baik, Loh Kok Bisa?

M Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
Senin, 15/07/2024 18:20 WIB
Foto: Sejumlah alat berat mengangkut muatan kontainer produk ekspor-impor di Terminal 3 IPC TPK Tanjung Priok, Senin, (8/7/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia-Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan Indonesia jangan buru-buru senang dengan surplus neraca perdagangan yang telah berlangsung 50 bulan berturut-turut. Sebab, apabila dilihat lebih detail, surplus tersebut terjadi karena adanya pelemahan aktivitas ekspor dan impor.

"Kita tidak hanya bisa melihat performa neraca dagang kita baik atau buruk hanya dengan surplus saja," kata Faisal dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Senin, (15/7/2024).

Dia mengatakan kenyataannya surplus neraca perdagangan yang terjadi saat ini bukan disebabkan oleh adanya ekspansi pada ekspor Indonesia. Sebaliknya, surplus ini terjadi karena ekspor dan impor sama-sama melambat.


"Sejak awal 2023 ekspor kita kontraksi secara year-on-year, terakhir di kuartal 2024 kontraksinya mencapai minus 14%," kata dia.

"Catatannya adalah tetap saja surplusnya terjadi karena kontraksi ekspor dan impor, bukan karena ekspansi ekspor, itu perlu dicatat," katanya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Indonesia kembali mengalami surplus neraca perdagangan pada Juni 2024. Ini berarti Indonesia sudah mengalami surplus selama 50 bulan berturut-turut.

BPS mengatakan neraca berjalan Juni 2024 tercatat mengalami surplus US$ 2,39 miliar. Surplus neraca berjalan ini didorong oleh penurunan impor barang modal dan penolong.

Sementara itu, pendorong ekspor bulan Juni adalah ekspor industri pengolahan. Dengan demikian, nilai ekspor RI tercatat lebih tinggi, yakni sebesar US$ 20,84 miliar dan impor US$ 18,45 miliar.

Amalia mengatakan surplus neraca dagang Juni 2024 ini lebih ditopang oleh surplus komoditas nonmigas yaitu US$ 4,43 miliar. Komoditas yang memberikan sumbangan adalah bahan bakar mineral lemak dan minyak hewan nabati, besi baja, dan beberapa komoditas lain.


(rsa/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Beras Naik Bikin Inflasi Juli 2025 Tembus 2,37% (yoy)