
Laporan Terbaru PBB Ungkap Masa Depan Populasi Umat Manusia

Jakarta, CNBC Indonesia - Populasi global kemungkinan akan mencapai puncaknya lebih awal dari yang diharapkan dan akan berada pada tingkat yang lebih rendah. Hal ini tercatat dalam proyeksi terbaru dari PBB.
Analisis tersebut memperkirakan akan ada sekitar 10,3 miliar orang pada pertengahan tahun 2080-an, naik dari 8,2 miliar tahun ini.
Jumlah tersebut kemudian diperkirakan akan turun menjadi sekitar 10,2 miliar pada akhir abad ini, angka yang 6% lebih rendah dari yang diperkirakan satu dekade lalu.
Li Junhua, wakil sekretaris jenderal PBB untuk urusan ekonomi dan sosial, mengatakan di beberapa negara, angka kelahiran kini lebih rendah dari yang diantisipasi sebelumnya. Mereka juga melihat penurunan yang sedikit lebih cepat di beberapa wilayah dengan tingkat kesuburan tinggi.
"Puncak yang lebih awal dan lebih rendah merupakan tanda harapan. Ini bisa berarti berkurangnya tekanan lingkungan dari dampak manusia karena konsumsi agregat yang lebih rendah," katanya, seperti dikutip The Guardian, Jumat (12/7/2024).
Namun, Li memperingatkan bahwa "pertumbuhan populasi yang lebih lambat tidak akan menghilangkan kebutuhan untuk mengurangi dampak rata-rata yang disebabkan oleh aktivitas setiap individu".
Sebanyak 63 negara, termasuk Jerman, China, dan Rusia, telah melewati puncak populasi mereka, dan 48 negara lainnya, termasuk Brasil, Turki, dan Vietnam, diperkirakan akan melewatinya pada tahun 2054.
Sementara itu, sebanyak 126 negara yang tersisa akan terus mengalami peningkatan dan perlu mempertimbangkan bagaimana meminimalkan dampak lingkungan di masa mendatang sambil memenuhi kebutuhan populasi yang terus bertambah.
Di sembilan negara, termasuk Republik Demokratik Kongo, Niger, Somalia, Angola, dan Republik Afrika Tengah, populasi diproyeksikan akan berlipat ganda sebelum tahun 2054.
Satu dekade lalu, PBB mengatakan hanya ada sekitar 30% kemungkinan populasi mencapai puncaknya pada abad ini. Dalam laporan barunya, PBB menyebutkan kemungkinannya sebesar 80%. Pendorong utama adalah tingkat kesuburan yang lebih rendah di negara-negara besar, seperti China.
Di lebih dari separuh negara, perempuan memiliki rata-rata kurang dari 2,1 anak - di bawah tingkat yang dapat dipertahankan oleh populasi tanpa migrasi. Hampir seperlima, termasuk China, kini memiliki tingkat kesuburan "sangat rendah" di bawah 1,4 kelahiran hidup per perempuan.
Laporan tersebut menyerukan upaya untuk mengurangi kehamilan remaja, yang memiliki "dampak buruk" pada ibu dan anak-anak mereka.
Peningkatan harapan hidup saat lahir, dengan kematian di antara anak di bawah lima tahun turun di bawah 5 juta untuk pertama kalinya pada tahun 2023, diperkirakan akan berkontribusi pada pertumbuhan populasi atau memperlambat laju penurunan di sebagian besar negara selama beberapa dekade mendatang, menurut analisis tersebut.
Pada tahun 2054, orang diperkirakan akan hidup sekitar 77 tahun rata-rata, naik dari sekitar 73 tahun saat ini.
Imigrasi kemungkinan akan memainkan peran serupa di banyak bagian dunia, dan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan pada paruh kedua abad ini di tempat-tempat termasuk Australia, Kanada, dan Amerika Serikat.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Laporan Terbaru PBB Ungkap Kekejaman Israel, Netanyahu Ngamuk