DPR Soroti PHK 10.800 Pekerja Pabrik Tekstil di Jawa Barat-Jawa Tengah

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
10 July 2024 20:15
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Bambang Haryadi saat memimpin Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) di Jakarta, Rabu (10/7/204). (Dok Tangkapan Layar)
Foto: Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Bambang Haryadi saat memimpin Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) di Jakarta, Rabu (10/7/204). (Dok Tangkapan Layar)

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi VII DPR RI turut menyoroti gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang tengah melanda industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Tanah Air. Disebutkan, setidaknya ada 10.800 pekerja tekstil yang sudah menjadi korban PHK.

Karena itu, Komisi VII DPR memanggil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta, hingga Ketua Ikatan Pengusaha Konveksi Berkarya (IPKB) Nandi Herdiaman dalam rapat yang digelar di Jakarta hari ini, Rabu (10//7/2024). 

Rapat itu membahas permasalahan terpuruknya industri tekstil nasional. Dalam rapat yang dipimpin  Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Bambang Haryadi tersebut, API diminta menjabarkan kondisi terkini dan permasalahan yang dihadapi industri TPT di dalam negeri. 

Bambang juga meminta pengusaha tekstil menyampaikan usul dan rekomendasi strategi yang dapat ditempuh untuk membantu industri TPT yang sedang terpuruk. Termasuk strategi menaikkan kinerja industri TPT di Tanah Air. Bambang mengatakan, pihaknya juga akan membentuk Panja untuk menangani persoalan tersebut.

"Industri TPT sedang mengalami perlambatan pertumbuhan diakibatkan oleh faktor internal maupun eksternal. Jumlah serapan tenaga kerja di industri TPT cenderung terus menurun. Saat ini jumlahnya mendekati 3 juta orang, menurun dibanding 2019 yang pernah menyerap hingga 3,5 juta orang," kata Bambang. 

"Seiring dengan kondisi geopolitik global saat ini, keberlangsungan industri TPT masih terus menghadapi berbagai ancaman. Utilisasi di hulu maupun hilir semakin menurun. Hal ini juga terkait adanya ketidakefisienan produksi, kapasitas di bawah 50%," tambahnya.

Sementara itu, lanjut Bambang, beberapa komponen produksi terus meningkat. Di tengah ketergantungan impor bahan baku. Akibatnya, daya saing industri TPT di dalam negeri semakin rendah.

"Kami juga mendapat laporan gelombang PHK di beberapa pabrik tekstil nasional sebagai inefisiensi produksi (utilisasi rendah). Berdasarkan data API, di pusat-pusat industri yang berlokasi di Jawa Barat dan Jawa Tengah, total PHK sejak awal hingga akhir tahun 2023 mencapai 7.200 tenaga kerja. Dan sejak awal tahun hingga Mei 2024, ada PHK bertambah sekitar 3,600 tenaga kerja," paparnya.

"Sehingga, total keseluruhan PHK ada sekitar 10.800 tenaga kerja. Oleh karena itu, Komisi VII DPR meminta Asosiasi Pertekstilan Indonesia menjelaskan permasalahan yang dihadapi industri TPT saat ini," kata Bambang. 

(kiri ke kanan) Ketua API Jawa Timur Sherlina Kawilarang, Wakil Ketua Umum API Bidang Perdagangan Luar Negeri Anne Patricia Susanto, Ketua Umum API Jemmy Kartiwa Sastratmaja, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta, dan Direktur Eksekutif API Danang Girindrawardana saat  Komisi VII DPR RI Rapat Dengar Pendapat Umum  terkait Permasalahan Terpuruknya Industri Tekstil Nasional., Rabu, 10 Juli 2024 (tangkapan layar Youtube)Foto: (kiri ke kanan) Ketua API Jawa Timur Sherlina Kawilarang, Wakil Ketua Umum API Bidang Perdagangan Luar Negeri Anne Patricia Susanto, Ketua Umum API Jemmy Kartiwa Sastratmaja, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta, dan Direktur Eksekutif API Danang Girindrawardana saat Komisi VII DPR RI Rapat Dengar Pendapat Umum terkait Permasalahan Terpuruknya Industri Tekstil Nasional., Rabu, 10 Juli 2024 (tangkapan layar Youtube)
(kiri ke kanan) Ketua API Jawa Timur Sherlina Kawilarang, Wakil Ketua Umum API Bidang Perdagangan Luar Negeri Anne Patricia Susanto, Ketua Umum API Jemmy Kartiwa Sastratmaja, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta, dan Direktur Eksekutif API Danang Girindrawardana saat Komisi VII DPR RI Rapat Dengar Pendapat Umum terkait Permasalahan Terpuruknya Industri Tekstil Nasional., Rabu, 10 Juli 2024 (tangkapan layar Youtube)

Bos Pengusaha Tekstil Beberkan Penyebab Industri Berguguran

Di awal paparannya dalam rapat tersebut, Ketua Umum API Jemmy Kartiwa mengungkapkan, biang kerok bergugurannya industri TPT nasional karena serbuan impor pakaian jadi asal China. Di mana berdasarkan datanya, ditemukan selisih pencatatan untuk kode HS 61, HS 62, HS 63 atau kode impor produk tekstil dan garmen yang semakin lebar setiap tahunnya.

"Selisih pencatatan yang kita tidak tahu kenapa selisihnya cukup lebar, kalau kita lihat dari deklarasi harganya itu hanya sepertiga. Ya jadi bisa kita bayangkan kenapa industri TPT satu-satu berguguran," jelas Jemmy.

Lebih lanjut, Jemmy menyebutkan utilisasi industri TPT yang kini semakin mengalami penurunan hingga di bawah 50%, diantaranya industri serat utilisasinya 45%, industri spinning 40%, industri weaving/knitting 52%, industri finishing 55%, dan industri pakaian jadi utilisasinya 58%.

Ini yang mengakibatkan banyak PHK dan banyak pabrik tutup di berbagai daerah, baik di Jawa Barat maupun di Jawa Tengah," ucap Jemmy.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramai PHK di Pabrik Tekstil, Bos Bea Cukai Ogah Disalahkan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular