Faisal Basri Soroti Seretnya Produksi Ladang Minyak RI

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
10 July 2024 14:55
Foto : REUTERS/Lucas Jackson/
Foto: Ilustrasi lifting/REUTERS/Lucas Jackson/

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom Senior Indef Faisal Basri mengkritisi produksi minyak mentah Indonesia yang terus turun, hingga saat ini menyentuh 600 ribu barel per hari. Penurunan ini terjadi di tengah kondisi peningkatan konsumsi bahan bakar minyak.

Bahkan, menurutnya, kebutuhan yang harus dipenuhi dari impor mencapai 1 juta barel per hari.

"Nah, ini kita harus bertanya lagi reserve kita turun terus yang merah itu, China naik, Vietnam naik, Malaysia, Thailand stagnan. Cuma kita aja yang turun. Padahal wilayah kerja kita lebih besar dan ini terjadi terus menerus," ungkap Faisal Basri, saat ditemui di DPR, Rabu (10/7/2024).

Ditambah, kata Faisal, permasalahan ladang minyak RI hampir semua didominasi oleh Pertamina. Bahkan, Faisal mengatakan hampir semua perusahaan minyak enggan datang ke Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan bagi hasil yang berlaku di Tanah Air, yakni gross split.

Selanjutnya, Faisal menyoroti fungsi SKK Migas dan RUU Migas yang tak jua rampung. Hal ini turut berkontribusi kepada kecilnya investasi di sektor migas saat ini.

"Kalaupun meningkat tidak efektif menambah post recovery aja gitu. Ini di minyak dan gas mirip. Dan kita check and balance lemah. DPR gak pernah tanya kenapa masela ga produksi juga," ujarnya.

"Mengapa Pak Jokowi pindah dari offshore ke onshore tanpa kajian, ga ada challenge di DPR," tambahnya.

Adapun terkait dengan produksi minyak RI, Kementerian Keuangan mencatat hingga Juni 2024 produksi minyak baru mencapai 561 ribu barel per hari (bph), lebih randah dari target produksi mink tahun ini sebesar 635 ribu bph.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, produksi terangkut (lifting) minyak RI hingga semester I-2024 ini belum mencapai target.

Dia membeberkan, hal ini dikarenakan beberapa faktor, antara lain penghentian produksi yang tidak direncanakan (unplanned shutdown) akibat bencana, seperti kebanjiran dan kebakaran. Lalu, faktor belum tersambungnya infrastruktur pipa gas di beberapa wilayah, serta rendahnya permintaan gas dari talam dan luar negeri.

"Capaian lifting migas pada tahun 2024 masih menghadapi tantangan. Realisasi semester I 2024 561 ribu bph, dari target di APBN 635 tribu bah," tuturnya saat Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, dikutip Rabu (10/7/2024).

Pihaknya memproyeksikan lifting minyak pada semester II 2024 ini akan berada di kisaran 580-609 ribu bph. Dengan demikian, outlook lifting minyak hingga akhir tahun 2024 ini diperkirakan masih di bawah target awal. Lifting minyak rata-rata pada tahun 2024 ini diperkirakan "hanya" sebesar 565-609 ribu bah.

"Lifting migas akan ditingkatkan dengan cara optimalisasi sumur yang telah beroperasi melalui peningkatan kegiatan drilling dan facility maintenance," ujarnya.

Kondisi yang sama juga terjadi dalam penyaluran (lifting) gas. Hingga semester I 2024 baru mencapai 918 ribu barel setara minyak per hari (boepd), lebih rendah dari target dalam APBN 2024 yang sebesar 1,033 juta boepd.

Lifting gas pada semester II diperkirakan sebesar 975 ribu hingga 1,007 juta boepd. Dengan demikian, rata-rata lifting gas pada 2024 ini seminar 943 ribu boepd sampai 1,007 juta boepd.

"Upaya untuk mengoptimalkan lifting semester II di antaranya pengoptimalan eksploitasi giant fields yang telah beroperasi, dan percepatan proses Enhanced Oil Recovery (EOR)," tuturnya.

Dari sisi harga minyak mentah Indonesia (ICP), rata-rata realisasi hingga semester I 2024 sebesar US$ 81,28 per barel, tak berbeda jauh dari asumsi ICP dalam APBN 2024 US$ 82 per barel.

Adapun ICP pada semester II 2024 ini diperkirakan sekitar US$ 79-85 per barel. Begitu juga dengan outlook ICP pada 2024 ini diperkirakan rata-rata US$ 79-85 per barel.

"Pergerakan harga minyak dipengaruhi faktor geopolitik dan kebijakan produksi dari OPEC+," ucapnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh, Lifting Minyak RI Tahun 2024 Ini Bisa Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular