
Perdana di Dunia! BMKG Ungkap Bandara YIA Tahan Gempa M8,7

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan fakta mengejutkan bandara Yogyakarta atau Yogyakarta International Airport (YIA).
Menurutnya, YIA adalah satu-satunya bandara di dunia yang telah disiapkan menghadapi gempa berkekuatan besar. Hal itu disampaikan saat Rakor Peningkatan Upaya Mitigasi dan Peringatan Dini Bahaya Gempa Bumi dan Tsunami di Kawasan Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), Jumat (5/7/2024).
"YIA adalah satu-satunya bandara di dunia yang telah disiapkan dan di-design untuk mampu bertahan terhadap guncangan gempa megathrust dengan Magnitudo 8,7. Dan aman terhadap tsunami yang dipicu oleh gempa megathrust," kata Dwikorita dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (10/7/2024).
Bandara YIA Siap Menghadapi Tsunami
Dia menjabarkan, Bandara Yogyakarta yang berlokasi di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu dilengkapi dengan crisis center yang dapat menjadi Tempat Evakuasi Sementara jika tsunami terjadi.
Disebutkan, kapasitas pusat krisis itu mampu menampung 2.000 orang. Terminal bandara, mulai dari level mezanine hingga lantai 2 telah disiapkan untuk tempat evakuasi dengan kapasitas 10.000 orang.
"Jadi, bila pengguna bandara dan masyarakat setempat merasakan guncangan gempa bumi atau memperoleh peringatan dini tsunami, dapat segera menuju crisis center atau naik ke terminal di lantai mezanine atau lantai 2," ujarnya.
"Inilah kontribusi penting bandara kepada masyarakat sekitar dan pengguna bandara dalam menghadapi ancaman gempa megathrust dan tsunami," ucap Dwikorita.
![]() Yogyakarta International Airport (YIA) di Temon, Kulon Progo, DIY, Selasa (2/4/2024). (Dok. Detikjogja/Jalu Rahman Dewantara) |
Selain itu, dia menambahkan, Sistem Peringatan Dini Tsunami juga telah terpasang dan terhubung langsung dari BMKG Pusat.
"Keandalan Bandara YIA ini juga mendapat apresiasi dalam pertemuan the 57th session of the Executive Council di UNESCO Paris. Sebagai satu-satunya contoh dunia untuk infrastruktur critical yang tsunami ready atau siap menghadapi tsunami," kata Dwikorita.
Saat ini, dia menambahkan, Bandara Ngurah Rai juga telah disiapkan untuk Tsunami Ready.
"Kami berharap, hal ini dijadikan contoh bagi hotel-hotel di sekitar bandara untuk segera menyiapkan sistem mitigasi dan Peringatan Dini Tsunami dengan didukung oleh BMKG dan BPBD," ujar Dwikorita.
"Karena seluruh kesiapan dalam sistem mitigasi dan peringatan dini bencana di kawasan pantai selatan Kulonprogo sangat penting untuk mendukung kesiapsiagaan dan keselamatan masyarakat dan wisatawan. Yang sekaligus juga menguatkan ketahanan sosial ekonomi terhadap ancaman gempa dan tsunami di kawasan tersebut," sebut Dwikorita.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Suci Dewi Anugrah mengatakan, Bandara YIA dan Bandara Ngurah Rai merupakan pionir bandara yang digunakan sebagai tempat evakuasi tsunami yang bisa diakses oleh masyarakat.
"Hal ini sudah disampaikan saat IOC/UNESCO Executive Council dan mendapatkan apresiasi. Selain itu Ngurah Rai dan YIA dapat melakukan tsunami/gempa drill saat jam operasional," ujar Suci.
![]() Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat Rakor Peningkatan Upaya Mitigasi dan Peringatan Dini Bahaya Gempabumi dan Tsunami di Kawasan Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), Jumat (5/7/2024). (Dok. BMKG) |
Penguatan Mitigasi dan Pengurangan Risiko Bencana
Dwikorita meminta pihak swasta turut berkolaborasi dalam penguatan sistem mitigasi dan pengurangan risiko bencana gempa bumi dan tsunami.
"Upaya mitigasi dan pengurangan risiko bencana merupakan investasi jangka panjang yang juga harus dipersiapkan dunia usaha. Demi menjaga keberlanjutan usaha mereka. Karenanya, dunia usaha dapat menjadi aktor utama penggerak upaya pengurangan risiko bencana," ujarnya.
"Bencana alam otomatis juga akan berdampak pada sektor swasta. Maka dari itu kami mendorong keterlibatan aktif swasta dalam manajemen risiko bencana lewat penguatan aksi mitigasi untuk membangun ketahanan serta ketangguhan sosial dan ekonomi," pungkas Dwikorita.
Sementara itu, Suci menambahkan, sektor swasta harus terlibat aktif dalam upaya mitigasi gempa bumi dan tsunami.
"Langkah awal, manajemen hotel dapat melakukan identifikasi indikator tsunami ready yang dicanangkan oleh The Intergovernmental Oceanographic Commission of UNESCO (IOC/UNESCO). Hotel perlu melakukan assessment terkait struktur bangunan, jumlah pengunjung, dan SOP kedaruratan, serta metadata aset," kata Suci.
"Berdasarkan pengamatan di lapangan, hotel-hotel di kawasan rawan gempa bumi dan tsunami masih minim rambu evakuasi. Harapan kami, hotel memiliki inisiatif sendiri dalam melakukan peningkatan kapasitas (tsunami drill) tanpa menunggu program dari BMKG atau instansi lain. Sebaiknya libatkan juga masyarakat atau stakeholder lainnya," pungkasnya.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gempa Megathrust RI Tinggal Tunggu Waktu, BMKG Ungkap Zona Merahnya
