44.870 Unit Kondominium di Jakarta Tak Laku, Stok Numpuk

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
10 July 2024 12:30
Ilustrasi Kondominium (Dok: Freepik)
Foto: Ilustrasi Kondominium (Dok: Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasokan kondominium di Jakarta pada kuartal I 2024 mencapai 259 ribu unit. Sayangnya, permintaan kondominium di Jakarta saat ini sedang tidak bergairah alias lemah.

"Lemahnya permintaan di semua segmen karena kompetisi tinggi di sektor rumah lapak di Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi)," demikian Laporan Pasar Properti Jakarta Kuartal I 2024 yang dirilis Leads Property, dikutip Rabu (10/7/24).

"Meski ada PPN DTP, namun belum mampu meningkatkan minat terhadap kondominium. Pengembang cenderung menahan minat meluncurkan proyek baru sebagai sikap kehati-hatian," tulis Laporan tersebut.

Akibatnya stok yang belum terjual sangat besar yakni sebanyak 44.870 unit. Sedangkan jumlah penyerapan hanya sebanyak 106 unit.

"Terdapat penambahan pasokan kondominium sebesar 192 unit dari Belton Residence. Harga relatif stabil dari kuartal sebelumnya karena terlalu berisiko untuk meningkatkan harga. Pengembang berhati-hati dalam me-launching proyek baru," tulis Leads Property.

Harga jual kondominium juga tidak murah.

Rata-rata mencapai Rp27,3 juta per m2. Harga terbagi berdasarkan lokasi Di CBD harganya sebesar Rp56,3 juta/m2 dan OCBD sebesar Rp25,7 juta/m2.

Sedangkan berdasarkan segmen harga kondominium untuk segmen menengah bawah sebesar Rp17,4 juta/m2, segmen menengah Rp24,5 juta/m2, segmen menengah atas sebesar Rp33,4 јuta/m2, segmen atas Rp46,9 juta/m2 dan segmen mewah Rp67,9 juta/m2.

"Akibatnya pembeli cenderung memilih rumah tapak di Bodetabek dibandingkan kondominium di Jakarta," sebut Leads Property.

Harga kondominium kelas mewah cenderung dibatasi maksimum Rp30 miliar agar terbebas dari Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBm).

"Saat ini tren yang berlangsung yakni peluncuran proyek baru tertahan dikarenakan kondisi oversupply dan permintaan yang cenderung menurun sedangkan kompetisi antara unit primary atau ready-stock dengan unit secondary dengan selisih harga yang cukup signifikan, mencapai 30%," sebut laporan tersebut.

Pengembang pun berupaya dengan strategi berfokus target pasar pada end-user dibandingkan investor, terutama kelas menengah-atas dan mewah. Preferensi aspek lifestyle dan security, serta diasosiasikan dengan hotel bintang 5 atau branded residence.

"Dari sisi pilihan pembayaran yang fleksibel, gimmick, hingga insentif PPN DTP, diharapkan akan menjadi katalis permintaan terutama untuk unit ready-stock di bawah Rp2 miliar per unit," tulisnya.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jakarta Ramai Bangun Gedung Kantor Baru, Begini Prospek Okupansinya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular