Penjelasan Lengkap BMKG, Hujan Lebat di Musim Kemarau Bukan Anomali

Damiana, CNBC Indonesia
Rabu, 10/07/2024 10:45 WIB
Foto: Sejumlah pengendara berteduh saat hujan deras dan angin kencang di kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (4/6/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebab masih terjadinya hujan deras di sejumlah wilayah Indonesia. Meski sudah memasuki musim kemarau.

Dia menegaskan, kondisi itu bukan disebabkan anomali iklim. Namun normal dan wajar terjadi di Indonesia.

Meski sedang musim kemarau, terangnya, bukan berarti tidak turun hujan sama sekali. Yang terjadi adalah curah hujan di suatu tempat kurang dari 50 mm/dasarian. Dan, terjadi minimal tiga dasarian berturut-turut.


Di Indonesia, lanjut Dwikorita, musim kemarau juga tidak terjadi secara bersamaan di Indonesia. Juga, berlangsung dengan durasi yang berbeda antar wilayah.

"Indonesia memiliki dua musim yang berbeda, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Angin monsun barat dari Benua Asia membuat Indonesia mengalami musim hujan. Sementara secara umum, musim kemarau di Indonesia berkaitan dengan aktifnya angin monsun timur dari Australia yang bersifat kering," katanya dalam keterangan resmi, Rabu (10/7/2024).

Apa alasannya?

Hal itu, jelasnya, dipengaruhi letak geografis Indonesia yang berada diantara dua benua yaitu Australia dan Asia dan dua samudra yaitu Pasifik dan Hindia.

Dia menambahkan, ada sejumlah faktor yang memengaruhi kondisi iklim di Indonesia. Yaitu faktor global misalnya fenomena El Nino maupun La Nina, faktor regional misalnya Madden Julian Oscillation dan menghangatnya suhu permukaan laut di sekitar Indonesia, serta faktor lokal misalnya adanya angin darat-angin laut.

""Sebuah kejadian cuaca, umumnya merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor tersebut," katanya.

"Fenomena hujan lebat dalam beberapa hari terakhir di beberapa wilayah Indonesia seperti Banten, Jawa Barat, Jakarta, dan Maluku disebabkan oleh dinamika atmosfer skala regional yang cukup signifikan. Diantaranya, termonitornya aktivitas fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Rossby Ekuatorial, dan Gelombang Kelvin," papar Dwikorita.

Foto: Pola Hujan di Indonesia. (Dok. BMKG)
Pola Hujan di Indonesia. (Dok. BMKG)

Selain dipengaruhi iklim dan dinamika atmosfer, lanjutnya, tipe hujan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi topografi.

"Kondisi topografi wilayah Indonesia yang merupakan daerah pegunungan, berlembah, banyak pantai, merupakan faktor lokal yang dapat menambah beragamnya kondisi iklim di wilayah Indonesia," sebutnya.

"Keragaman iklim inilah yang menyebabkan wilayah Indonesia terbagi menjadi banyak zona musim, yaitu monsunal, ekuatorial, dan lokal di mana masing-masing tipe zona memiliki periode waktu terjadinya musim hujan dan musim kemarau yang berbeda," pungkas Dwikorita.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Trump: Israel Sepakat Gencatan Senjata-Langit RI Bakal Tertutup Awan