Warga RI Malas Belanja Akibat Dolar Terus Tinggi di Level Rp16.000

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Selasa, 09/07/2024 06:25 WIB
Foto: Warga mengunjungi pusat perbelanjaan Thamrin City, Jakarta, Jumat (31/5/2024). Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APBI) memprediksi tingkat keterisian pusat perbelanjaan atau okupansi akan mencapai 90 persen pada 2024 karena adanya kebijakan baru terkait pembatasan impor yang merangsang peritel untuk menambah dan membuka toko baru. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mengungkapkan indeks keyakinan konsumen (IKK) yang anjlok tiga bulan terakhir dipicu oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terus melemah beberapa hari terakhir. Kurs rupiah masih betah di level atas Rp 16.000/US$.

Hingga saat ini kurs rupiah masih terus bertengger di level atas itu, meninggalkan level Rp 15.000 pada awal April 2024 dan akhir Mei 2024. Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,15% di angka Rp16.250/US$ pada, Senin (8/7/2024).

"Itu kan biasanya kita lihat dari sentimen yang terjadi terhadap kurs. Kurs itu secara tidak langsung pengaruhi confidence bukan hanya pelaku investasi, bisnis, tapi juga termasuk rumah tangga," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu saat ditemui di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (8/7/2024).


Bank Indonesia (BI) telah merilis data IKK Juni 2024 pada Senin (8/7/2024) di level 123,3. Meski masih berada pada level optimis (>100), angka IKK itu masih jauh lebih rendah dari posisi Mei 2024 yang sebesar 125,2, bahkan anjlok dibanding posisi per April 2024 sebesar 125,2.

Febrio mengatakan, anjloknya IKK selama tiga bulan beruntun itu memang lebih banyak dipicu oleh kecenderungan kelas menengah yang menahan belanjanya saat nilai tukar rupiah masih tertahan. Oleh sebab itu, bila kurs rupiah kembali menguat ia meyakini angka indeks itu akan kembali naik.

"Kalau belanja kelas menengah kan enggak kecil-kecil, sehingga mereka ada perilaku optimismenya makanya kita senang kurs yang sekarang bisa kita lihat arah perbaikannya ini akan juga perbaiki arah sentimen ke depan untuk khususnya rumah tangga," ucap Febrio.

Pemerintah tak menyiapkan secara khusus kebijakan antisipasi terhadap potensi lanjutan pelemahan IKK itu. Yang jelas, Febrio menekankan, pemerintah hanya akan memastikan stabilitas ekonomi makro Indonesia terjaga untuk mendukung sentimen positif konsumen untuk terus belanja.

"Enggak, kita lihat saja nanti tapi kita tahu sumbernya itu dari gejolak global, kita tahu biasanya memang kalau kita lihat kurs nya bergejolak IKK biasanya itu respons, makanya kita jagain sumber dari ketidakstabilannya itu yang kita kurangi," tutur Febrio.

Penting dicatat, posisi IKK saat ini juga merupakan yang terendah sejak Februari 2024 atau sekitar empat bulan terakhir. Pada Februari 2024 digelar pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan presiden (pilpres). Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menang dalam pilpres sementara PDIP menang dalam pemilu 2024.

Dari semua kelompok pengeluaran, hanya mereka yang berpengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan atau kelompok paling kaya yang mengalami indeks atau semakin optimis. Sebaliknya kelompok lain yakni yang berpengeluaran Rp 1-2 juta Rp 2,1-3 juta, Rp 3,1-4 juta dan Rp 4,1-5 juta optimismenya berkurang.

IKK paling anjlok jatuh pada kelompok paling bawah atau mereka yang berpengeluaran Rp 1-2 juta. Keyakinan konsumen pada kelompok ini hanya 109,2 pada Juni atau terendah sejak September 2023 atau sembilan bukan terakhir.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Daya Beli Tertekan, Pertumbuhan Ritel Berpotensi di Bawah 10%