Sri Mulyani Ingatkan Ekonomi Masih Tak Pasti di Semester II-2024

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
08 July 2024 15:45
Menteri Keuangan Sri Mulyani. (YouTUbe/Banggar DPR R)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani. (YouTUbe/Banggar DPR R)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kondisi global pada semester II-2024 masih dipenuhi oleh ketidakpastian. Hal ini dipicu oleh perubahan akibat pemilihan umum (Pemilu) di sejumlah negara, termasuk AS dan kondisi geopolitik yang masih tinggi.

Oleh karena itu, Sri Mulyani mengungkapkan APBN harus terus dijaga karena dia jadi pelindung dan shock absorber. Hingga akhir semester I-2024, posisi APBN tercatat mengalami defisit 0,34% atau Rp 77,3triliun. Kendati defisit, Sri Mulyani menilai APBN tetap sehat.

"APBN 2024 walau defisit masih terjaga kesehatannya terbukti defisit masih di bawah 3%, bahkan pembiayaan bisa ditekan amat besar turun Rp 214 triliun dari penerbitan SBN dengan penggunaan SAL," ungkapnya.

"Kami harap dalam suasana yang ketidakpastian pelaksanaan seluruh program K/L Pemda masih bisa dieksekusi untuk dorong momentum pertumbuhan ekonomi dan melindungi masyarakat agar meningkat kemakmurannya," tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, kondisi perekonomian global hingga paruh pertama tahun ini tak kunjung membaik. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi global terus stagnan.

Ia mengatakan, penyebab ekonomi global stagnan ialah permasalahan konflik geopolitik yang tak kunjung selesai. Ditambah dengan gejolak Pemilu di berbagai negara maju hingga belum pulihnya rantai perdagangan global akibat perang tarif yang dipicu over produksi industri di China.

"Pertumbuhan ekonomi dunia masih stagnan rendah, ini juga merupakan pertumbuhan ekonomi terlemah dalam sedekade kecuali pada 2020 saat pandemi dan belum ada perubahan dari tahun lalu 3,2%," ucap Sri Mulyani.

Sri Mulyani menjelaskan, masih stagnannya pertumbuhan ekonomi global itu juga dipicu oleh tren suku bunga kebijakan bank sentral negara maju yang masih sangat tinggi, khususnya Bank Sentra AS, yakni The Federal Reserve atau The Fed yang masih sulit menurunkan tingkat inflasinya.

Tingginya tren suku bunga acuan The Fed itu kata Sri Mulyani telah menyebabkan nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar AS, hingga pergerakannya terus di atas asumsi makro untuk kurs rupiah yang hanya Rp 15.000. Saat ini rupiah terus bergerak di atas Rp 16.000/US$.

"Inflasi masih keras kepala di sana belum turun. Ini sebabkan kalau dulu komoditas sekarang faktornya satu biaya sewa dan kedua upah tenaga kerja yang terjadi di negara maju sehingga faktor inflasi belum turun meskipun komoditas sudah bergerak turun," tutur Sri Mulyani.

Ia pun menekankan, permasalahan ekonomi global itu tentu akan mempengaruhi kondisi domestik. Mulai dari merosotnya neraca perdagangan hingga penerimaan negara terutama dari sisi penerimaan perpajakan.

"Oleh karena itu kita harus selalu waspada dalam mengelola APBN kita dan perekonomian kita karena dengan adanya hubungan antar negara dan sentimen yang muncul di pasar uang dan pasar surat berharga menimbulkan juga dampak ke perekonomian kita," tegasnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kengerian Ancam RI, Sri Mulyani Blak-Blakan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular