Internasional

Fakta-Fakta Pemilu Inggris: Proses, Sosok Calon, dan Hasil Polling

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
04 July 2024 15:45
Pemimpin Partai Buruh Inggris Keir Starmer berdebat dengan pemimpin Partai Konservatif dan Perdana Menteri Rishi Sunak, saat ITV menjadi tuan rumah debat head-to-head pertama pemilu, di Manchester, Inggris, 4 Juni 2024 dalam gambar selebaran ini. (Jonathan Hordle/ITV/Handout via REUTERS)
Foto: Pemimpin Partai Buruh Inggris Keir Starmer berdebat dengan pemimpin Partai Konservatif dan Perdana Menteri Rishi Sunak, saat ITV menjadi tuan rumah debat head-to-head pertama pemilu, di Manchester, Inggris, 4 Juni 2024 dalam gambar selebaran ini. (via REUTERS/Jonathan Hordle/ITV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Inggris melaksanakan pemilihan parlemen, Kamis (4/7/2024). Kontestasi ini akan menentukan siapa yang memegang tampuk kekuasaan.

Dalam pesta demokrasi ini, dua figur diprediksi bersaing memegang kursi sebagai Perdana Menteri (PM). Mereka adalah petahana Rishi Sunak dari Partai Konservatif dan Keir Stamer dari Partai Buruh.

Berikut sejumlah fakta dan keterangan terkait pemilu Inggris.

Skenario Menang

Untuk menang langsung, satu partai harus memenangkan setidaknya 326 dari 650 kursi parlemen. Pemimpin partai itu menjadi PM.

Di masing-masing 650 daerah pemilihan, pemilih memilih calon lokal yang biasanya berafiliasi dengan partai politik yang lebih besar. Pemilih memilih satu calon dan calon yang mendapat suara terbanyak akan mendapatkan kursi.

Parlemen yang digantung terjadi jika tidak ada satu partai pun yang memenangkan mayoritas. Dalam hal ini, PM yang sedang menjabat tetap berkuasa dan diberi kesempatan pertama untuk membentuk pemerintahan baik dengan membangun koalisi atau memerintah dengan minoritas.


Para Calon

Ada dua calon kuat yakni Rishi Sunak dan Keit Starmer. Sunak merupakan petahana yang memimpin sejak 2022.

Sunak, yang merupakan keturunan India, menjadi PM Inggris pertama yang berasal dari Asia dan Hindu.

Mantan investor ini telah dipuji karena mampu memantapkan pemerintahan menyusul kekacauan yang terjadi pada masa pemerintahan Liz Truss dan Boris Johnson, serta mampu mengurangi separuh inflasi.

Namun ia gagal memenuhi beberapa janjinya, termasuk memotong daftar tunggu kesehatan, menghentikan imigrasi tidak teratur, dan mengirim migran ke Rwanda.

Jajak pendapat secara teratur memberinya peringkat persetujuan PM manapun.

Di sisi lain Starmer diprediksi akan menang karena Partai Buruh mulai diunggulkan dalam jajak pendapat. Ia adalah mantan pengacara hak asasi manusia dan kepala jaksa penuntut umum.

Starmer telah dipuji karena mengembalikan partainya ke jalur tengah dan membasmi anti-Semitisme sejak menggantikan Jeremy Corbyn sebagai pemimpin Partai Buruh pada April 2020.

Para pendukungnya memandangnya sebagai sosok yang pragmatis dan aman. Ia juga dianggap cocok untuk membantu Inggris bangkit dari kemerosotan ekonomi. Sementara itu, kritikus menuduhnya sebagai orang yang tidak memberikan inspirasi dan gagal memberikan visi yang jelas bagi negaranya.

Di luar Sunak dan Starmer, muncul figur kuat lainnya yakni Nigel Farage. Ia belum pernah menjadi anggota parlemen.

Farage merupakan figur yang anti dengan integrasi Eropa. Figur berusia 60 tahun yang menyukai bir dan merokok ini juga salah satu tokoh yang paling memecah belah dalam politik Inggris.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PM Inggris Rishi Sunak Tiba-Tiba Minta Maaf pada Dunia, Kenapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular