
Eks Intel AS Bongkar Alasan Sebenarnya Israel Ngotot Perangi Hizbullah

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan antara Israel dan milisi penguasa Lebanon, Hizbullah, terus memuncak. Hal ini memicu kekhawatiran akan terjadinya perang antara kedua pihak itu.
Mantan analis intelijen Amerika Serikat (AS), Harrison Mann, berpandangan bahwa saat ini Tel Aviv sedang menghadapi resiko perang tersebut karena persoalan politik dalam negeri. Ia menyebut saat ini Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu sangat bergantung dari keberhasilan perang untuk meraih simpati.
Namun bila perang Hizbullah dan Israel benar-benar terjadi, hal ini dapat menyebabkan kematian massal warga sipil di Lebanon dan Israel.
"Kami tahu secara spesifik bahwa PM Israel harus terus menjadi pemimpin masa perang jika dia ingin memperpanjang karir politiknya dan tidak ikut campur dalam pengadilan, sehingga motivasi itu ada," kata Mann dalam sebuah wawancara dikutip The Guardian, Kamis (4/7/2024).
Mann melanjutkan dukungan Iran terhadap Hizbullah telah menambah panas Israel. Pasalnya, Iran merupakan rival nomor satu dari Negeri Yahudi itu dan akhir-akhir ini Teheran terus menambah kekuatan militernya.
"Saya tidak tahu seberapa realistis penilaian mereka terhadap kehancuran yang akan ditimbulkan oleh Israel, dan saya cukup yakin mereka tidak memiliki gambaran realistis tentang seberapa sukses mereka melawan Hizbullah."
Maka dari itu, Mann memaparkan bahwa Israel tidak mungkin mengambil jalan konfrontasi langsung. Ia meramalkan Israel akan melancarkan serangan terhadap pimpinan Hizbullah dan mengebom daerah pemukiman Syiah untuk mendemoralisasi basis pendukung gerakan tersebut.
"Ini tidak seperti doktrin tertulis yang sebenarnya, tapi saya pikir kita bisa dengan nyaman menilai bahwa mengebom pusat-pusat sipil sebagai cara untuk memaksa musuh jelas merupakan keyakinan yang diterima dan dianut bersama oleh IDF dan kepemimpinan Israel," ucapnya.
Meski begitu, langkah ini mampu menimbulkan bumerang. Mann memperkirakan Hizbullah akan melancarkan serangan roket dan rudal massal jika mereka merasa berada dalam ancaman nyata.
"Mereka mungkin memiliki kemampuan untuk setidaknya melumpuhkan sebagian pertahanan udara Israel, menyerang infrastruktur sipil di seluruh negeri, dan menimbulkan kehancuran pada Israel yang saya tidak yakin pernah dialami Israel dalam sejarahnya."
Lebih lanjut, Mann juga menyebut skenario penembakan terhadap kota-kota Israel akan menarik AS dalam perang ini. Menurutnya, Presiden Joe Biden tidak mungkin menolak seruan Netanyahu untuk melibatkan Negeri Paman Sam.
"Partisipasi AS yang paling kecil kemungkinannya adalah menyerang jalur pasokan atau target terkait di Irak dan Suriah untuk membantu memutus jalur komunikasi dan persenjataan yang mengalir ke Hizbullah," ucapnya.
"Tetapi hal itu berisiko, karena jika AS mulai melakukan hal itu, beberapa orang yang AS serang bisa jadi adalah Hizbullah, tapi bisa juga IRGC (Korps Garda Revolusi Islam Iran)."
Sebelumnya diketahui Israel telah mengindikasikan konflik barunya dengan Hizbullah. PM Netanyahu mengatakan adanya pemindahan lebih banyak pasukan di sepanjang perbatasan dengan Lebanon.
Hizbullah sendiri mulai menyerang Israel tak lama setelah perang Gaza meletus Oktober 2023. Kelompok pro-Iran itu mengatakan mereka akan berhenti sampai Israel menghentikan serangannya ke Gaza, yang hingga saat ini telah menewaskan 37 ribu warga sipil di daerah kantong Palestina itu.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siaga Perang Arab Pecah! Jerman-Belanda Warning, 6 Pihak Terlibat
