
Hizbullah Luncurkan Serangan Balas Dendam Usai Komandan Dibunuh Israel

Jakarta, CNBC Indonesia - Hizbullah mengumumkan bahwa seorang komandan tertinggi mereka telah tewas dalam serangan Israel di Lebanon selatan pada Rabu (3/7/2024), menjadikannya pejabat tinggi ketiga kelompok tersebut yang tewas dalam hampir sembilan bulan pertempuran lintas batas. Konflik ini telah memicu kekhawatiran akan eskalasi regional yang lebih luas.
Kelompok bersenjata Lebanon tersebut pada hari Rabu mengatakan bahwa Muhammad Nimah Nasser, yang juga dikenal sebagai "Hajj Abu Naameh", telah tewas. Kelompok yang berafiliasi dengan Iran tersebut kemudian mengumumkan telah meluncurkan 100 roket katyusha yang menargetkan posisi militer Israel.
Pengumuman kematian Nasser yang disampaikan melalui Telegram tidak menyebutkan lokasi kejadian, namun sumber sebelumnya telah mengatakan kepada Al Jazeera bahwa seorang komandan tewas di wilayah Hosh, Tyre, di Lebanon selatan. Sumber yang dekat dengan kelompok tersebut juga mengonfirmasi kepada kantor berita AFP bahwa Nasser tewas dalam serangan di Tyre tersebut.
Sumber tersebut mengatakan bahwa Nasser memiliki pangkat yang sama dengan Taleb Abdallah, seorang komandan tinggi lain yang tewas dalam serangan Israel pada bulan Juni.
Saat itu, Abdallah adalah pejabat militer Hizbullah berpangkat tertinggi yang tewas sejak kelompok tersebut mulai bertempur melawan Israel pada 8 Oktober sebagai respons terhadap pengeboman Gaza. Setelah kematian Abdallah, Hizbullah melancarkan salah satu serangan roket terbesar mereka ke Israel utara.
Militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka menargetkan Nasser, dan mengatakan bahwa Nasser adalah "rekan" dari Abdallah yang bertanggung jawab atas tembakan anti-tank dan roket Hizbullah dari Lebanon barat daya. Pada bulan Januari, serangan Israel juga menewaskan Wissam al-Tawil, seorang komandan tertinggi lain dari kelompok tersebut.
Serangan terbaru ini terjadi di tengah peningkatan pertempuran dan retorika yang memanas antara pejabat Hizbullah dan Israel, yang membuat para mediator dari AS, Eropa, dan Arab berusaha keras untuk mencegah eskalasi regional yang lebih luas.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada akhir Juni bahwa pasukan Israel harus mengalihkan fokus mereka ke Israel utara, sementara menteri-menteri sayap kanan Israel menyerukan invasi besar-besaran ke wilayah yang dikuasai Hizbullah di Lebanon.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant menyatakan bahwa Israel berusaha mencegah perang yang lebih luas, namun memperingatkan bahwa militer mereka memiliki kapasitas untuk "mengembalikan Lebanon ke Zaman Batu".
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengatakan bahwa kelompoknya siap untuk perang dengan "tanpa batasan dan tanpa aturan" jika terjadi serangan besar-besaran dari Israel.
Sementara itu, Iran memperingatkan bahwa "semua Front Perlawanan" akan melawan Israel jika mereka menyerang Lebanon, merujuk pada kelompok-kelompok bersenjata yang mereka dukung di seluruh kawasan.
Al Jazeera melaporkan bahwa respons Hizbullah terhadap kematian Nasser termasuk sepuluh serangan terpisah.
"Faktanya, sebelumnya, kami mendengar beberapa roket dan misil tersebut diluncurkan dari Lebanon Selatan, dan kami melihat mereka mengenai Dataran Tinggi Golan yang diduduki. Kami melihat asap membumbung dan beberapa kebakaran," tulisnya.
Badan Berita Nasional Lebanon juga melaporkan serangan Israel di kota-kota selatan seperti Khiam, Aita al-Shaab, dan Markaba setelah kematian pada Rabu tersebut.
"Israel juga telah menargetkan Lebanon Selatan, dan beberapa orang khawatir bahwa ini adalah eskalasi," kata Baig.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Israel Bunuh Komandan Terpenting Hizbullah, Perbatasan Lebanon Memanas
