Internasional

Peluang Kemenangan Trump Kian Besar, Buktinya Terlihat dari Dolar AS

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Selasa, 02/07/2024 20:00 WIB
Foto: Kandidat presiden dari Partai Republik, mantan Presiden AS Donald Trump berpartisipasi dalam Debat Presiden CNN di CNN Studios pada 27 Juni 2024 di Atlanta, Georgia. (Getty Images via AFP/JUSTIN SULLIVAN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar AS menguat pada perdagangan Selasa (2/7/2024). Sejumlah analis menyebut hal ini disebabkan optimisme investor atas peluang kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden (pilpres) AS November mendatang.

Menurut data Refinitiv, nilai tukar dolar AS terhadap yen pada perdagangan Selasa (2/7/2024) menguat tipis ke level 161,66/US$ dari pembukaan sebesar 161,49/US$. Di hari yang sama, rupiah juga melemah terhadap The Greenback hingga menyentuh Rp16.375/US$.

Kejadian ini sendiri disebut tidak lepas dari taruhan investor terhadap kemenangan Trump. Keunggulan Trump nampak saat debat perdananya dengan pertahana, Joe Biden, di mana Trump tampil lebih baik dan percaya diri sementara Biden kesulitan menemukan jawaban dan tersandung pada dialognya.


"Kedua berita utama tersebut, dan mengingat reaksi terhadap debat pertama Presiden Biden, terus menunjukkan kemungkinan besar bahwa Trump akan menjadi presiden pada tahap ini," kata analis National Australia Bank, Tapas Strickland, kepada AFP.

Para pengamat mengatakan prospek kembalinya Trump menjadi presiden memicu pembicaraan mengenai pemotongan pajak dan lonjakan inflasi baru. Hal ini pun pada akhirnya mendorong imbal hasil dan mengurangi harapan penurunan suku bunga.

"Masalah utamanya adalah pasar kini harus menghadapi meningkatnya kemungkinan perubahan kebijakan imigrasi dan tarif dalam perekonomian yang pertumbuhannya sudah melambat, membuat pasar lebih cenderung memperkirakan penurunan suku bunga lebih lanjut," tulis analis Morgan Stanley, Matthew Hornbach dan Guneet Dhingra, kepada Bloomberg yang dikutip Daily Maverick.

"Di sisi lain, prospek kemenangan Partai Republik yang lebih tinggi, di tengah meningkatnya fokus pada defisit, dapat memberikan tekanan pada premi jangka panjang."

Dalam data yang disajikan The Economist, Trump unggul tipis dibandingkan Biden per Selasa, 2 Juli 2024. Trump diketahui memperoleh elektabilitas sebesar 45% sementara Biden berada di 44%.

Kepresidenan Biden sendiri diasosiasikan oleh inflasi yang tinggi, tagihan kebijakan industri yang besar, dan gejolak di luar negeri, serta kekhawatiran mengenai usianya yang terus mengganggu kampanyenya.

Di sisi lain, pendukung Trump mencoba membalikkan kekalahannya dalam pemilu tahun 2020. Diketahui, Trump saat ini sedang berada dalam tuntutan federal dan sedang menghadapi persidangan atas kasus suap bintang film porno Stormy Daniels, penggelapan aset, hingga dugaan memanasi pendukungnya untuk menyerang Parlemen AS pada 2021 lalu.

"Pemilu kali ini bukanlah sebuah kontes popularitas, melainkan sebuah referendum yang dianggap oleh orang Amerika sebagai pilihan yang paling tidak buruk. Perkiraan pemilu kami menunjukkan peluang setiap orang untuk memenangkan masa jabatan kedua," tulis The Economist.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Kembali Ancam Tambah Tarif ke Anggota BRICS, Termasuk RI?