Internasional

Panas Pemilu AS-Prancis-Inggris: Biden Mundur, Prancis Chaos-Sunak Bye

sef, CNBC Indonesia
02 July 2024 05:47
EGYPT-FRANCE-UN-CLIMATE-COP27
Foto: Presiden AS Joe Biden menghadiri debat presiden pertama yang diselenggarakan oleh CNN di Atlanta, Georgia, AS, 27 Juni 2024. (REUTERS/Marco Bello)

Pemilu Prancis Chaos: Perdana Menteri Ganti

Pemilu Prancis juga memanas. Partai sayap kanan RN yang dipimpin oleh Marine Le Pen meraih kemenangan gemilang pada putaran pertama pemungutan suara pada hari Minggu dengan kelompok tengah Macron tertinggal di tempat ketiga di belakang koalisi sayap kiri New Popular Front.

Sebenarnya dalam sistem politik Prancis, seorang calon anggota parlemen membutuhkan lebih dari 50% suara pada pemilihan putaran pertama agar dapat terpilih. Jika gagal, dua kandidat teratas, bersama dengan siapa pun yang mendapat dukungan lebih dari 12,5% pemilih terdaftar, akan maju ke putaran kedua.

Le Pen telah meminta para pemilih untuk memberikan partainya mayoritas absolut pada putaran kedua pemungutan suara pada 7 Juli. Sehingga ketua RN yang berusia 28 tahun Jordan Bardella dapat menjadi perdana menteri.

Namun sebagian besar proyeksi menunjukkan RN gagal mencapai mayoritas absolut. Meskipun hasil akhirnya masih jauh dari pasti.

"Ekstrim kanan berada di ambang kekuasaan," tulis berita utama di harian Le Monde.

Menjelang putaran kedua, kubu Macron pun kini mulai bekerja sama dengan aliansi sayap kiri dengan harapan bahwa pemungutan suara taktis akan mencegah RN memenangkan 289 kursi yang dibutuhkan untuk mendapatkan mayoritas absolut. Macron dalam pernyataan tertulisnya pada Minggu malam mendesak koalisi demokrasi "luas" melawan kelompok sayap kanan, yang disebutnya bisa menyebabkan bencana.

Perlu diketahui memang Macron akan tetap menjabat sampai 2027. Namun, bila RN menang, ia dapat menghadapi tekanan untuk memilih PM dari RN.

PM baru tersebut akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan domestik dan ekonomi Prancis. Macron, sebagai presiden, tetap bertanggung jawab atas kebijakan luar negeri dan pertahanan.

Analis memprediksi hasil pemilu sela ini akan membuat kebijakan pemerintah "menggantung" di parlemen. Ini dapat menyebabkan kelumpuhan dan kekacauan politik selama berbulan-bulan.

"Jika RN meraih mayoritas absolut dan Bardella, yang tidak memiliki pengalaman memerintah, menjadi perdana menteri, hal ini akan menciptakan periode 'hidup bersama' yang menegangkan dengan Macron, yang telah berjanji untuk menjalani masa jabatannya hingga tahun 2027," muat laman asal Prancis, AFP.

"Kedatangan RN yang anti-imigrasi ke dalam pemerintahan akan menjadi titik balik dalam sejarah modern Prancis -- pertama kalinya kekuatan sayap kanan mengambil alih kekuasaan di negara tersebut sejak Perang Dunia II, ketika negara itu diduduki oleh Nazi Jerman," tambahnya.

Sementara itu, lusinan pengunjuk rasa berkumpul di ibu kota Prancis Minggu. Mereka adalah kelompok ekstrem kanan.

Massa berujuk rasa dengan menyalakan suar di Paris saat mereka berjalan melalui jalan-jalan kota, melewati tabung gas air mata yang berasap dan tong sampah yang menyala. Pembakaran dilakukan di sejumlah titik.

Pemilu Inggris: Rishi Sunak Terancam Good Bye

Di Inggris, pemilu akan digelar pekan ini, tepatnya pada 4 Juli mendatang. Dalam pemilihan perdana menteri (PM) baru, petahana konservatif Rishi Sunak menghadapi tantangan berat dari Keir Starmer dari Partai Buruh.

Menurut The Guardian, Sunak tertinggal 20 poin dalam jajak pendapat. Namun, meskipun tertinggal, Sunak tetap optimistis. "Ini belum berakhir sampai benar-benar berakhir," Sunak mengunggah di X baru-baru ini.

Sunak, yang merupakan keturunan India, menjadi perdana menteri Inggris pertama yang beragama Asia dan Hindu ketika ia terpilih tanpa lawan dari sesama anggota parlemen Tory. Mantan pemodal itu telah dipuji karena berhasil menenangkan pemerintahan setelah kekacauan masa jabatan perdana menteri Truss dan Boris Johnson dan karena berhasil mengurangi separuh inflasi.

Namun, ia gagal memenuhi beberapa janji, termasuk memangkas daftar tunggu kesehatan, menghentikan imigrasi ilegal, dan mengirim migran ke Rwanda.

Jajak pendapat secara teratur memberinya peringkat persetujuan terendah dari semua perdana menteri yang pernah ada. Perlu diketahui sejumlah nama lain juga muncul sebagai lawannya. Antara lain Keir Starmer, pemimpin oposisi utama Partai Buruh.

Ia adalah mantan pengacara hak asasi manusia dan kepala jaksa penuntut umum yang dijagokan oleh para lembaga survei untuk memenangkan pemilihan dan menjadi perdana menteri. Sosok berusia 61 tahun itu telah dipuji karena telah membawa partainya kembali ke jalur tengah dan membasmi anti-Semitisme sejak menggantikan Jeremy Corbyn yang berhaluan kiri sebagai pemimpin pada April 2020.

Para pendukung melihatnya sebagai sosok yang pragmatis dan aman, yang sangat cocok untuk mengelola Inggris dari kemerosotan ekonomi. Para kritikus menuduhnya sebagai orang yang tidak bersemangat dan tidak konsisten yang gagal mengeja visi yang jelas bagi negara.

Ada pula Nigel Farage. Ia tidak pernah menjadi anggota parlemen dan belum mengonfirmasi apakah ia akan mencalonkan diri menjadi anggota parlemen, tetapi seorang Eurosceptic garis keras ini siap memengaruhi pemilihan, baik sebagai kandidat parlemen atau pembawa berita TV.

Mantan anggota Parlemen Eropa yang berusia 60 tahun,adalah salah satu tokoh yang paling memecah belah dalam politik Inggris. Ia mendapat julukan "Mr Brexit" dari mantan presiden AS Donald Trump setelah membantu membujuk mayoritas warga Inggris pada tahun 2016 untuk memilih keluar dari Uni Eropa.

Di sisi lain, muncul pula tokoh Partai Demokrat Liberal Inggris, Ed Davey maupun Partai Nasional Skotlandia (SNP) John Swinney. Tapi sebagian survey memastikan mereka tidak akan memenangkan pemilihan, meski dapat memiliki suara dalam menentukan siapa yang akan menang.

(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular